Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Tokoh Lintas Agama se Flores-Lembata Sepakat Jaga Harmonisasi

Alexander P Taum
24/9/2019 17:23
Tokoh Lintas Agama se Flores-Lembata Sepakat Jaga Harmonisasi
Ilustrasi(Antara)

SEBANYAK 100 tokoh agama sedaratan Flores-Lembata, yang berasal dari Kabupaten Sikka, Ende, Flores Timur, Lembata, Ngada, Nagekeo, Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat, bertemu di Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka, Selasa (24/9) pagi. Ratusan Tokoh Lintas Agama itu berdialog khusus untuk menjaga harmonisasi hidup berbangsa serta menjaga kerukunan hidup lintas agama.

Dialog lintas agama itu digelar di aula Hotel Sylvia, Maumere.  Adapun peserta dialog lintas agama diwakili dari Kabupaten Sikka 45 orang, Kabupaten Ende 15 orang, Kabupaten Flores Timur 10 orang, Kabupaten Lembata, Kabupaten Ngada, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Manggarai Barat, masing-masing sebanyak 5 orang.

"Akhir-akhir ini dinamika politik bangsa Indonesia telah mengganggu rasa kesatuan dan ketentraman kehidupan berbagsa dan bernegara," kata  Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat, Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur,  Patrisia A. D. Wea, dalam sambutan pembukaan dialog kerukunan lintas agama sedaratan Flores-Lembata.

Oleh karena itum Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Biro Pemerintahan perlu untuk melaksanakan dialog kerukunan lintas agama sebagai sebuah langkah strategis untuk menjaga harmonisasi dan memelihara kerukunan hidup umat beragama.

"Tujuan dari kegiatan ini, meningkatkan kerja sama kemitraan yang harmonis antara pemerintah daerah dengan tokoh-tokoh agama. Baik dalam rangka memelihara kerukunan hidup umat antaragama, maupun dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat," bebernya.

Sementara Gubernur NTT,  Viktor Bungtilu Laiskodat diwakili  Jamalludin Ahmad, Asisten Pemerintahan Setda Provinsi NTT, menyampaikan, Nusa Tenggara Timur dikenal sebagai Nusa Terindah Toleransi.

"Kurangnya pemahaman tentang esensi ajaran agama menjadi salah satu faktor penghambat upaya-upaya terciptanya kerukunan intern dan antar umat beragama," ungkapnya.

baca juga: NasDem Sumsel Utamakan Kader dan Incumbent Pada Pilkada 2020

Jamaludin menyebutkan, konflik SARA di beberapa wilayah Indonesia sampai saat ini belum dapat diselesaikan secara baik. Konflik-konflik bermula dari permasalahan sosial, ekonomi, politik dan berkembang menjadi konflik agama, karena munculnya solidaritas antar kelompok yang berbeda pandangan keagamaan. Hal itu membutuhkan solusi sosial yang tepat dan cepat. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik