Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Mantan Buruh Rokok Sukses Bersama Batik

Bagus Suryo
19/9/2019 11:23
Mantan Buruh Rokok Sukses Bersama Batik
Ita Fitriyah sedang menunjukkan karya batik buatan perajin di Sanggar Batik Lintang, Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kab Malang.(MI/Bagus Suryo)

SANGGAR batik Lintang di RT 3/RW 10 Desa Ngijo Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sukses memberdayakan para mantan buruh pabrik rokok. Sanggar itu dibangun oleh mantan wartawan.

"Kami memilih menggeluti batik daripada bekerja di pabrik rokok," tegas pembatik di Sanggar Batik Lintang Rukma Agustina, Kamis (19/9).

Rukma menekuni usaha ini lantaran mengais rezeki sebagai buruh linting rokok sudah tidak menarik, apalagi banyak pabrik yang bertumbangan. Selama dua tahun belakangan saja ada sekitar 40 pabrik rokok di Malang yang gulung tikar.

Putus hubungan kerja nyatanya tidak membuat Rukma terpuruk. Setia di jalur batik justru lebih produktif. Ia termotivasi melestarikan budaya leluhur bangsa, hidup sehat dan ingin wirausaha secara mandiri.

"Hasil dari batik cukup lumayan bisa menambah pendapatan keluarga," katanya.

Ia membatik bersama Wiwik Winanti yang sebelumnya usaha kue basah. Berbagai motif dibuat khusus oleh asesor batik Ita Fitriyah. Ita merupakan istri dari mantan wartawan, Indra sekaligus pemilik sanggar batik tersebut.

"Kami sedang mengerjakan pesanan seorang desainer dari Kalimantan dengan motif Ampik. Motif buah salak, mangrove dan variasi warna anyar ini bisa menjadi ikon ibu kota baru," tegas Ita Fitriyah.

Ita dan Indra getol membina warga sejak 2014. Di sanggar yang mereka dirikan kini mampu memproduksi 30 kain batik per bulan. Saban hari sejumlah ibu rumah tangga dan lansia beraktivitas di sanggar. Ada pula yang membatik di rumah masing-masing. Sepotong batik tulis berukuran 1 meter x 2 meter usai dikemas langsung terjual. Warga juga membuat baju, taplak dan tas.

"Batik buatan ibu-ibu dijual Rp500 ribu per potong dengan motif standar. Harga sesuai kerumitan dan variasi warna," imbuh Ita.

Pola kemitraan terbukti memberdayaan masyarakat. Sekarang sudah merambah 16 Rukun Warga (RW) di Desa Ngijo dari sebelumnya hanya satu Rukun Tetangga (RT). Spirit membatik kian meluas sampai Desa Kepuharjo dan Girimoyo.

"Kami bercita-cita Kecamatan Karangploso jadi sentra batik di jalur wisata menuju Kota Batu," tutur Indra.

Para mahasiswa pun banyak yang meneliti kemajuan sanggar batik Lintang. Dua mahasiswi S2 Universitas Gajayana Malang, Diah Aprilita dan Elida Agustina, meriset pola pemberdayaan masyarakat pembatik.

"Perkembangannya sangat cepat dan sudah memberikan manfaat luas bagi masyarakat," ujar Diah Aprilita.

baca juga: Emil Dedikasikan Bandara Kertajati Jadi Bandara BJ Habibie

Sementara Kepala Seksi Pelatihan dan Sertifikasi UPT Pelatihan Kerja Singosari, Provinsi Jawa Timur, Sentot Fajar mengatakan sejak 2014 sudah melatih 30 pembatik pria dan 80 pembatik perempuan di Malang. Fajar menyadari pentingnya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia guna memajukan perekonomian desa.

"Tahun depan kami akan membuat program sertifikasi pembatik," tegas Fajar.(OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya