Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Kekeringan, Warga Kupang Berbagi Air dengan Ternak

Palce Amalo
01/9/2019 19:00
Kekeringan, Warga Kupang Berbagi Air dengan Ternak
Kemarau panjang di Kupang, NTT(MI/Palce Amalo)

KEMARAU panjang di Nusa Tenggara Timur (NTT) berdampak serius terhadap persediaan air bersih untuk warga dan air untuk kebutuhan ternak dan tanaman.

Selain itu, pasokan air ke rumah penduduk mulai dibatasi lantaran terjadi penurunan debit sumber-sumber air yang dikelola Perusahaan daerah air minum (PDAM) setempat. Dari biasanya pasokan air setiap hari, saat ini berkurang menjadi dua hingga tiga kali setiap minggu.

Baca juga: Di Mekkah, Aa Umbara Doakan Walini jadi Ibu Kota Jabar

Sesuai pantauan, Minggu (1/9), sebanyak 18 embung di Kelurahan Alak, Kota Kupang, rata-rata mengalami penurunan debit air lebih dari 80%. Bahkan, 5 embung di antaranya nyaris mengering, yakni Embung Hoenebab, Kiubiblian, Bisita, Pohon Nitas, dan Kiumese. Untuk memanfatkan air embung yang sedikit, warga  harus rela berbagai bersama ternak piaraan.

"Setiap pagi kami mengambil air untuk menyiram sayuran, juga untuk mandi dan mencuci pakaian. Siangnya nanti dipakai minum ternak," kata Usman Nitbani, warga setempat yang setiap pagi mengambil air di Embung Kiumese untuk mandi.

Sesuai laporan Balai Sungai Nusa Tenggara II NTT, saat ini sisa air di Embung Kiumese sekitar 35 meter kubik dari total tampung semula 18.840 meter kubik. Air embung tersebut mulai berubah warga dan berbau karena juga menjadi kubangan ternak.

Kondisi yang sama juga terlihat di Embung Pohon Nitas yang kondisinya tidak beda jauh dari embung lainnya. Total air di bendungan itu tercatat 35 meter kubik dari total tampungan 17.442 meter kubik.

Usman mengatakan, penyusutan air embung tahun ini lebih cepat jika dibandingkan kemarau tahun lalu.

"Tahun lalu di bulan seperti ini air di embung masih banyak, tetapi di bulan yang sama tahun ini nyaris mengering," kata dia.

Melihat kondisi tersebut, dia mengatakan pada puncak kemarau Oktober, embung-embung tersebut akan mengering. "Kami belum tahu ke mana mengambil air minum apalagi air untuk ternak jika embung mengering," tambah Usman.

Warga lainnya, Bernadeta mengatakan, persediaan air di sumur milik warga masih cukup, namun tidak seluruh warga di kelurahan setempat memiliki sumur. Karena itu, satu-satunya langkah yang ditempuh warga jika sumur air minum dan embung mengering ialah membeli air tengki.

Baca juga: Warga Biak Diminta tak Terpengaruh Informasi dari Media Sosial

Saat ini saja harga air bersih berkisar antara Rp70 ribu hingga Rp120 ribu per tengki ukuran 5.000 liter. Namun, dia khawatir krisis air akan berdampak serius terhadap ternak.

"Masyarakat bisa membeli air, tetapi ternak akan  kesulitan air," kata dia. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya