Headline

Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.

Buku Sejarah Terpanjang Dipamerkan di Solo

Ferdinand
27/8/2019 13:31
Buku Sejarah Terpanjang Dipamerkan di Solo
lumni ITB angkatan 1993, Fortuga memamerkan buku terpanjang versi MURI di Rumah Budaya Kratonan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (27/8).(MI/Ferdinand )

ALUMNI Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1973, Fortuga memamerkan buku sejarah terpanjang di Rumah Budaya Kratonan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (27/8). Buku berjudul Jejak Sejarah Indonesia berukuran 29 cm x 45 cm itu memiliki 74 halaman dalam format lipatan yang jika dibentangkan memiliki panjang 11,73 meter. Berkat ukuran yang tidak lazim itu, MURI mencatatnya sebagai buku sejarah terpanjang. Buku sejarah tersebut menghimpun jejak sejarah Indonesia dan dunia dalam bentuk lini waktu. Mulai sejak dunia terbentuk atau dikenal dengan istilah bigbang hingga 2017.

"Proses penyusunannya memakan waktu hampir satu tahun," kata Ketua Tim Penyusun Jejak Sejarah Indonesia, Sapta Putra Yadi.

Ide menyusun buku yang memiliki bobot 3 kilogram itu berangkat dari pengalaman belajar masa lalu para anggota Fortuga. Mereka merasakan susahnya belajar sejarah karena masih tercecer di sana-sini. Kehadiran buku ini diharapkan membantu memudahkan generasi muda terutama untuk mempelajari sejarah bangsa dan juga sejarah dunia. Melalui buku itu pembaca akan mengetahui, ketika terjadi sesuatu di Indonesia pada waktu bersamaan sedang terjadi peristiwa apa di dunia.

"Kami ingin berbuat sesuatu untuk bangsa ini. Bentuknya sengaja dibuat seperti itu, supaya lebih menarik dan bisa untuk belajar bersama. Bisa ditempel di dinding atau ditaruh di atas meja panjang di sekolah," katanya.

Kota Surakarta tercatat sebagai lokasi kedua pameran buku terpanjang itu. Ini tidak terlepas dari peran Yayasan Warna-Warni yang ketuai Krisnina Akbar Tanjung.

baca juga: Warga Sumsel Serentak Salat Istisqa

Krisnina mengatakan, apa yang dikerjakan Fortuga sejalan dengan visi Warna Warni. Yaitu, ingin mengajak generasi muda mencintai sejarah.

"Sejarah itu penting, seksi, dan data dari sebuah peristiwa yang seringkali berulang. Ini menarik untuk dipelajari," katanya. (OL-3)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya