Kemarau Panjang di Lembata Buat Bisnis Sayuran Banjir Permintaan

Alexander P. Taum
25/8/2019 19:08
Kemarau Panjang di Lembata Buat Bisnis Sayuran Banjir Permintaan
Katarina, penjual sayur musiman di Lembata, NTT(MI/Alexander P. Taum)

PANJANGNYA musim kemarau di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Barat yang terjadi sejak April hingga Oktober menyisakan sejumlah cerita sedih. Namun, di sisi lain juga ikut memberikan berkah terhadap sejumlah orang.

Katarina, 35 tahun, warga kota Lewoleba, Kecamatan Nubatukan, kabupaten Lembata, NTT misalnya, menuai untung dari musim kemarau ini. Setiap Pagi, perempuan paruh baya itu memiliki jadwal tetap mengunjungi Pasar.

Ia tak canggung lagi dengan para pedagang di sana. Mungkin karena setiap hari membangun komunikasi bersama pedagang sayur di pasar Pada, Kecamatan Nubatukan. Ia mengamati, memeriksa, kemudian tawar menawar seperlunya.

Perempuan paruh baya inipun kembali ke lapak sayur yang dibangun di samping rumahnya sendiri dengan setumpuk sayuran segar, seperti Sawi bayam, sawi keriting, kangkung, tomat, mentimun, terung, bawang merah, bawang putih, wortel, dan aneka jenis sayur mayur lain.  

Sosok perempuan dua anak ini adalah salah satu dari ribuan tenaga kontrak daerah yang dirumahkan oleh pemerintah kabupaten Lembata. Tetapi ia justru memulai bisnis berjualan apa saja.

Baca juga : Banten dan DKI Terancam Dampak Kemarau Panjang

Menurutnya, berdagang adalah cara cerdas untuk membantu ekonomi rumah tangganya. Bisnis musiman yang digelutinya pun menuai untung berlipat.

“Bisnis jualan sayur mayur ini hanya pada musim kemarau seperti ini. Musim ini sering kali orang minta saya untuk menjual sayuran juga, selain jualan sembako di kios milik saya,” ujar Katarina kepada Media Indonesia, Sabtu (24/8).

Tingginya kebutuhan sayur di musim kemarau inilah kemudian mendorong Katarina membeli sayur-sayuran dari petani lahan basah di dalam kota Lewoleba. Ia mengaku, meraup untung lumayan besar, dari bisnis musiman ini, meskipun dalam skala kecil.  

"Yaah..kalau mau menghitung untung, tentu semua pedagang mau untung. Dan jualan sayur di musim kemarau memang menjanjikan. Orang harus beli karena stok sayur di halaman rumah juga tidak ada. Harganya tentu lebih mahal dibanding musim hujan, saat sayur sedang banyak,” ujar Katarina.

Katarina mengaku, setiap hari ia berhasil mengumpulkan laba bersih senilai Rp600 ribu atau total laba bersih sebulan yakni sebanyak Rp18 Juta dari hasil berjualan sayur.

Bisnis yang dijalani sejak bulan Juli itu diakui akan berhenti ketika sayuran sudah mulai berproduksi banyak, terutama pada bulan Desember.

“Saya selalu bersyukur karena masih diberikan berkat, walau kecil. Keuntungan menjual sayur ini saya bisa pakai untuk membayar cicilan di bank dan memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar Katarina. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya