Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
PEMADAMAN listrik pada Minggu (4/8) tidak berpengaruh pada aktivitas pemantauan Gunung Tangkuban Parahu, di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Perangkat pemantau di gunung yang berstatus Waspada, karena aktivitasnya meningkat itu, menggunakan solar panel dan batere.
“Untuk mengaktifkan seismograf, kami tidak menggunakan listrik PLN. Kami mengoperasikan solar panel, sehingga ketika cuaca cerah, alat bisa tetap aktif, nonsetop,” ungkap Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat, Nia Haerani, Selasa (6/8).
Solar panel yang dipasang di pos pemantauan Gunung Tangkuban Parahu, lanjutnya, dalam kondisi penuh bisa bertahan selama tiga hari, tanpa asupan sinar matahari. Saat ini, seismograf yang digunakan merupakan buatan Jepang, produksi 1982.
Sampai kemarin, para petugas di PLN Karawang Kota masih berjaga guna mengantisipasi kejadian pemadaman listrik berulang. “Tiga hari tiga malam. Saya bersama tim berjaga-berjaga di kantor dan juga berkeliling gardu. Kami tidur gantian, agar memastikan tidak ada gangguan pascapenormalan seusai pemadaman listrik, Minggu,” ungkap Sutrisno, petugas PLN Karawang Kota.
Sesuai standar operasi, petugas lapang-an PLN dikejar aturan waktu. Mereka harus tiba di lokasi rusaknya aliran listrik maksimal dalam waktu 45 menit. Perbaikan pun tidak boleh lewat dalam waktu 3 jam.
“Hati-hati sangat perlu. Karena kami juga ditunggu di rumah. Tetapi, kecepatan juga harus dilakukan karena masyarakat membutuhkan kami,” tambahnya.
Manager PLN Karawang Kota, Asep Jana Suryana mengatakan pihaknya mendistribusikan listrik untuk enam kecamatan yakni Karawang Barat, Karawang Timur, Telukjambe Timur, Telukjambe Barat, Tegalwaru, dan Pangkalan. Kapasitas listrik yang ada mencapai 20 KV untuk memenuhi 280 ribu pelanggan.
“Ada 70 petugas lapangan untuk siap siaga ketika ada kendala di lapangan,” katanya.
Di Tasikmalaya, sejumlah pengusaha usaha kecil dan mikro mengaku menderita rugi karena listrik mati. “Saya rugi sekitar Rp20 juta, karena tetap harus membayar karyawan, tapi tidak bekerja karena tidak ada aliran listrik,” ujar Widodo, 57, pengusaha tusuk sate yang memiliki 30 karyawan. (DG/CS/AD/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved