Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
SUDAH beberapa kali Ali Effendi mendatangi petani di Kecamatan Greged Lemahabang, Losari, dan Karangwareng menjelang musim kemarau lalu. Setiap kali bertemu, ia mengimbau petani tidak menanam padi karena sawah mereka tadah hujan.
“Tapi mereka justru memilih berspekulasi dengan tetap memaksa menanam padi. Akhirnya lahan mereka puso, dan petani di daerah itu merugi banyak,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, itu Rabu (31/7).
Lahan pertanian yang puso di empat kecamatan itu sudah mencapai 700 hektare. Sebanyak 1.200 hektare lainnya mungkin akan menyusul karena sudah mengalami keke-ringan ringan hingga berat.
“Yang terancam kekeringan tercatat sudah mencapai 3.000-an hektare,” lanjut Ali.
Sebaliknya, Warlan, 69, petani di Kalitengah, Kecamat-an Tengahtani, Kabupaten Cirebon, bertindak cerdik dengan menanam kacang panjang di awal musim kemarau. Ia pun bisa panen dan menjual hasil sawahnya ke pasar.
“Saya sudah beberapa kali merugi karena nekat menanam saat musim kemarau. Setelah memutuskan menanam kacang panjang, saya bisa tetap punya penghasilan di musim kemarau,” paparnya.
Di Tasikmalaya, Ketua Lembaga Penyelamat Lingkungan Hidup Indonesia, Asep Devo, menyatakan ketidaktegasan pemerintah kota terhadap aktivitas galian C membuat warga terdampak kekeringan. Pasalnya, tambang liar di sepanjang Jalan Mangkubumi-Indihiang itu telah menghilangkan mata air bagi warga Kecamatan Bungursari, Mangkubumi, dan Indihiang.
“Tidak ada reklamasi setelah daerah itu ditambang. Mata air hilang sehingga saat musim kemarau, warga kesulitan air bersih,” tandas Asep.
Sungai mendangkal
Ancaman kekeringan di musim kemarau juga mulai menjadi kenyataan di bebe-rapa daerah. Selain dilanda kebakaran hutan dan lahan, Kalimantan Tengah juga bermasalah dengan air sungai yang mulai mendangkal.
Akibatnya, kapal barang yang melayani rute Palangka Raya ke sejumlah desa di pedalaman Kabupaten Gunung Mas sulit berlayar.
“Kalau dipaksakan, kapal juga tidak mampu mengangkut banyak barang,” kata Rifhansyah, 55, pemilik kapal barang di Palangka Raya.
Akibatnya, dia mengaku merugi. Dalam sepekan, kapal hanya bisa berlayar satu kali.
Kekeringan yang makin menjadi juga terjadi di Jawa Barat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan kekeringan sudah melanda 11 daerah.
“Hujan sudah tidak turun selama lebih dari 64 hari. Indramayu paling parah karena hujan sudah tidak turun selama 94 hari,” ujar Kepala BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya.
Selain Indramayu, Karawang, Bekasi, dan Majalengka juga telah mengalami keke-ringan cukup parah karena tidak turun hujan lebih dari 78 hari. BMKG telah menyampaikan informasi ke daerah yang mengalami kekeringan. “Statusnya daerah yang dilanda kekeringan ditentukan pemerintah daerah yang didukung Badan Penanggulangan Bencana Daerah,” tambah Tony.
Sementara itu, warga Desa Jalatunda, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara, Jawa Tengah, berusaha mengatasi krisis air bersih dengan membuat sumur resapan. “Sumur resapan dibuat di sepanjang Sungai Sapi. Keberadaan sumur itu membuat warga tidak menggantungkan pada pasokan air bersih dari BPBD,” tutur Sekretaris Desa Jalatunda, Miswan. (AD/SS/DG/LD/FB/BB/BK/JS/Opn/PO/JL/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved