Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Infeksi Sistemik Diduga Penyebab Kematian Harimau Inung Rio

Rudi Kurniawansyah
04/7/2019 14:43
Infeksi Sistemik Diduga Penyebab Kematian Harimau Inung Rio
Tim medis terus memantau kondisi kesehatan harimau Inung Rio. Ada dugaan infeksi sistemik memicu kematian harimau tersebut.(MI/Rudi Kurniawansyah )

MISTERI kematian Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) jantan yang kena jerat perangkap babi sling besi di Desa Sangar, Kecamatan Teluk Meranti, Pelalawan Riau pada 24 Maret 2019 akhirnya mulai terkuak. Satwa dengan status sangat dilindungi dan langka itu mati diduga akibat infeksi sistemik setelah 22 hari upaya penyelamatan.

Ketika pertama kali ditemukan, harimau berumur 3 tahun dengan berat 95 kg yang diberi nama Inung Rio berhasil diselamatkan dan dibawa ke Pusat
Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya (PRHSD) Sumatra Barat. Inung Rio diketahui ditemukan oleh salah satu pekerja perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Gemilang Cipta Nusantara (RAPP Group) di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) dengan kondisi tergeletak tak berdaya karena terkena jerat sling untuk perangkap babi hutan.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat Erly Sukrismanto dalam keterangannya yang diterima Media Indonesia, Kamis (4/7), membeberkan kronologis kematian harimau malang tersebut. Dikatakannya, setelah ditemukan dalam kondisi sangat lemah, selanjutnya Wildlife Rescue Unit (WRU) yang terdiri dari BBKSDA Riau dan PRHSD menuju ke lokasi untuk mengevakuasi Inung Rio.

"Tim membutuhkan waktu sampai ke lokasi selama 22 jam, yang harus ditempuh melalui sungai dengan perahu kecil dan kemudian dilanjutkan menggunakan kendaraan darat untuk sampai ke PRHSD Dharmasraya Sumatra Barat," terangnya.

Kemudian pada 25 Maret 2019, Inung Rio dievakuasi menuju PRHSD di
Darmasraya Sumatra Barat. Pada saat itu sampai dengan 11 April  dilakukan observasi dan perawatan intensif dengan masa karantina selama 14 hari. Selama karantina Inung Rio yang terluka parah di bagian kaki depan kiri, dan sempat demam dengan suhu tubuh lebih 400 derajat Celcius. Luka yang dialami Inung Rio menghambat aktivitasnya. Namun, aktivitas masih terlihat normal dan sifat keliarannya masih ada. Sifat kewaspadaan masih tinggi dan langsung mengeluarkan suara peringatan ketika didekati manusia. Untuk nafsu (makan) sangat baik dan diberi daging babi.

Sampai 12 April 2019, kondisi Inung Rio baik dan tidak memperlihatkan sakit serius.

"Minggu, 14 April 2019 Inung Rio terlihat mengalami penurunan aktivitas. Aktivitas hanya terbatas mendekat dan menjauhi lampu treatment infra red. Hasil pengamatan terlihat adanya kerontokan rambut, air liur berlebih (hypersalivasi), mata berair (hiperlakrimasi) dan hilangnya nafsu makan," terangnya.

Terjadi peningkatan frekuensi nafas mulai pukul 16.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB. Senin, 15 April 2019 pukul 02.00  WIB terdapat lendir dalam rongga hidung dan terlihat adanya reflex batuk dengan rata-rata frekuensi nafas 48 kali per menit. Pukul 08.00 WIB terlihat adanya lendei kental dan terbaring lemah  dengan frekuensi nafas 62 x/menit. Pukul 10.00 WIB berdasarkan observasi, terjadi peningkatan frekuensi nafas menjadi 70 x/menit disertai hipersalivasi dan refleks batuk yang meningkat. Pukul 16.42 WIB Inung Rio mengalami kejang-kejang dengan durasi sekitar 2 menit. Setelah itu, Tim langsung melakukan prosedur tindak darurat pacu jantung (PCR). Pada pukul 16.53 WIB Inung Rio dinyatakan meninggal setelah percobaan tindak darurat CPR dilakukan dan gagal.

Berdasarkan gejala klinis yang terlihat selama perawatan, tim medis menyimpulkan Inung Rio mengalami infeksi sistemik. Dari hasil pemeriksaan patologi ditemukan perubahan pada organ paru-paru yang berkontribusi besar terhadap kematian.

baca juga: Banyak Produk Kosmetik Ilegal Berbahaya Dijual Secara Daring

"Dan infeksi itu terjadi secara menyeluruh namun belum ditentukan agen patogennya. Apakah itu bakteri atau virus," jelasnya.

Infeksi fungal (jamur) yang diduga infeksi sekunder berkontribusi besar terhadap kasus pneumonia pada Inung Rio, dan dipicu oleh kondisi stres sejak Inung Rio terjerat serta  mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik