Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
DEBIT permukaan air Waduk Cirata yang ada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat masih normal. Para petani di kolam jaring apung pun masih beraktivitas seperti biasa.
"Sejauh ini debit air masih normal. Belum terpantau surut yang signifikan," kata Wakil Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Pesona Wisata Jangari, Hendrawan kepada Media Indonesia, Kamis (27/6).
Waduk Cirata berada di tiga wilayah di Jawa Barat yakni Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Cianjur. Di Kabupaten Cianjur, terdapat tiga wilayah yang teraliri Waduk Cirata yaitu di Kecamatan Mande, Cikalongkulon, dan Ciranjang. Sebagian besar masyarakat di tiga kecamatan itu menggarap potensi perairan dengan membudidayakan ikan air tawar di kolam jaring apung.
"Mungkin hingga saat ini kemaraunya tidak terlalu ekstrem seperti tahun lalu, jadi belum ada dampak yang dirasakan para petani. Semuanya berjalan normal," jelas Hendrawan.
Namun, setiap perubahan musim, para petani ikan air tawar di perairan Waduk Jangari kerap dihantui terjadinya fenomena upwelling. Fenomena itu terjadi sebagai dampak cuaca ekstrem. Upwelling biasanya terjadi karena perubahan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau. Terjadinya perubahan cuaca itu mengakibatkan limbah pakan di dasar air bermunculan ke atas. Kondisi itu membuat ikan keracunan karena kekurangan oksigen.
"Upwelling rutin terjadi setiap pancaroba. Tidak ada antisipasi khusus dari para petani ikan di sini. Cuma mungkin untuk pembibitan atau benih yang ditabur mulai dikurangi. Enggak full, sehingga pemberian pakan juga dikurangi untuk mencegah agar tak terjadi upwelling yang bisa mengakibatkan kematian massal ikan karena kekurangan oksigen," jelas dia.
Potensi perikanan air tawar di keramba jaring apung di Waduk Cirata terbilang cukup bagus. Dalam kondisi normal, kata Hendrawan, produksinya minimal bisa mencapai 80 ton dan maksimal 100 ton lebih per hari.
"Produksi ikan air tawar di perairan Waduk Cirata banyak dipasok ke berbagai daerah," tandasnya.
Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Cianjur, Rossabardina, menambahkan potensi perikanan di Kabupaten Cianjur tak hanya dihasilkan dari kawasan laut di pesisir pantai selatan. Kabupaten Cianjur juga memiliki potensi perikanan air tawar yang sentranya berada di perairan Waduk Cirata di Kecamatan Mande, Kecamatan Cikalongkulon, serta Kecamatan Ciranjang.
baca juga: BNN Pasarkan Produk Kriya Karya Pecandu Narkoba
"Ada masa-masanya para pembudi daya ikan air tawar di kolam jaring apung mengalami musim paceklik," ucap Rossabardina
Saat musim paceklik, kata Rossabardina, pencari ikan air tawar di perairan Waduk Cirata di Kabupaten Cianjur beralih menjadi buruh tani. Mereka yang beralih pekerjaan itu kemudian diberdayakan.
"Kami coba memberdayakan mereka agar tetap berpenghasilan walaupun saat musim paceklik," tandasnya. (OL-3)
BMKG memperingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun musim kemarau secara klimatologis telah dimulai.
Di kawasan pegunungan dan dataran tinggi, bahkan pada malam hingga pagi hari suhu udara dapat mencapai di bawah 14 derajat celcius.
Ketidakteraturan atmosfer memicu kemunduran musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, memunculkan cuaca ekstrem yang terus berlanjut.
BMKG menegaskan fenomena cuaca dingin di Indonesia bukan disebabkan Aphelion, melainkan Monsun Dingin Australia dan musim kemarau.
Di musim kemarun ini, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak membuka kebun dengan cara membakar hutan dan lahan.
SEBANYAK 10,25 hektare lahan pertanian di Tanah Datar terdampak kekeringan, dan 5,25 hektare di antaranya sudah dinyatakan puso atau gagal panen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved