Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
PENGAJIAN di Masjid Al Fitrah Keutapang II Banda Aceh yang diisi Ustaz Dr Firanda Andirja berlangsung Kamis (13/6) lalu berubah menjadi gaduh. Pengajian yang baru berlangsung 15 menit itu tiba-tiba mendapat respons negatif dari masyarakat. Namun, Firanda yang memimpin pengajian tersebut tampak tenang.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Sabtu (15/6), etua Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Al Fitrah, Muslim Usman, menyebutkan, saat kegaduhan itu, Ustaz Firanda tetap tenang.
"Beliau tidak gugup," ujar Muslim Usman.
Ustaz Firanda diketahui selama ini juga menjadi penceramah tetap berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah. Muslim melanjutkan, saat itu dia melihat jemaah wanita yang sebelumnya berada di luar masjid, tepatnya di bawah tenda pekarangan masjid, masuk ke dalam. Mereka terlihat ketakutan.
"Ada yang terkena lemparan berbagai macam benda," tambah Muslim.
Melihat kondisi seperti itu, pihak jemaah pengajian kemudian berusaha menahan laju massa yang terlihat emosi. Muslim mengungkapkan di sini lah terjadi ribut-ribut. Massa terus merangsek ke dalam.
Pihak BKM Al Fitrah kemudian mencoba mengawal Firanda ke luar. Namun, Muslim tidak mengetahui ke mana ustaz yang disebut-sebut sebagai pengisi pengajian berbahasa Indonesia di Madinah itu dibawa.
Muslim sempat berpikir massa yang kadung emosi akan kembali tenang. Hingga akhirnya waktu Isya berlangsung dan para jemaah pengajian melanjutkan salat berjamaah. Namun, dugaan Muslim salah. Di luar massa yang menentang kehadiran dan pengajian Firanda di Masjid Al Fitrah masih terus saja berteriak.
Pun demikian, salat isya berjemaah berhasil dilaksanakan hingga selesai. Masih menurut Muslim, kegaduhan justru berlanjut setelah salat berjemaah dilaksanakan. Kata dia, massa masuk ke dalam masjid dan merusak pembatas salat wanita hingga patah.
"Ada yang main pukul-pukul di dalam, bagaimana pun kalau dipukul begitu orang kan spontan melawan," ungkap Muslim lagi.
Kegaduhan mereda setelah Kasdam Iskandar Muda mendatangi lokasi.
"Mungkin pukul 22.00 WIB kurang (keributan) sudah mereda ya," kata Muslim.
Baca juga: Denpasar Masuk Nominasi Kota Kreatif Indonesia
Setelah tenang, Muslim dan Suyanto selaku perwakilan BKM Al Fitrah kemudian dibawa ke Polresta Banda Aceh. Mereka dimintai keterangan terkait kegiatan yang menimbulkan gesekan antara dua kubu tersebut.
"Di sana kita melihat juga sudah ada panitia, ada saudara Noval, ada Askar, satu lagi orang tua, saya tidak tahu namanya," ungkap Muslim.
Namun, menurut Muslim, pihak Polresta justru memberikan pemahaman kepada mereka bukan malah dimintai keterangan. Alhasil, dia dan Suyanto kemudian diizinkan pulang dini hari Sabtu.
"Sementara Noval dan Askar masih memberikan keterangan. Saya dengar sampai subuh," kata Muslim.
Selama ini, Masjid Al Fitrah Keutapang memang kerap mengadakan kajian-kajian, terutama kajian sunnah yang berdasarkan Alquran dan hadis. Dari keterangan Muslim juga diketahui masjid tersebut telah terbiasa didatangi berbagai dai, baik level lokal hingga internasional. Di masjid tersebut juga kerap didatangi syaikh asal Yaman dan Arab Saudi.
"Kita punya hubungan dengan Ma'had Assunnah di Lampeuneurut," kata Muslim.
Muslim kemudian melanjutkan pihaknya tidak pernah mengundang ustaz secara khusus, kecuali dai lokal. Hal tersebut disebabkan BKM Al Fitrah tidak memiliki dana untuk mendatangkan para penceramah dari luar.
"Kalau kehadiran Ustaz Firanda ini yang mengundang pemerintah, dalam hal ini BKM Rumah Sakit Umum Zainal Abidin," ungkap Muslim.
Pun demikian, Muslim mengakui telah melihat adanya surat dari MPU Kota Banda Aceh yang berisi tentang pesan dan nasihat agar pengajian Firanda dibatalkan. Namun, pihaknya tak memiliki kuasa untuk membatalkan acara karena hanya sebagai penyedia tempat.
"Sepanjang tidak ada pemberitahuan dari panitia itu acara harus dibatalkan, kami ya siap menyediakan tempat saja. Begitu," pungkas Muslim.
Sementara itu, Abu Syuja, salah seorang koordinator massa, menyebutkan, aksi pembubaran tersebut dilakukan karena mereka tidak sepakat dengan kehadiran Ustaz Firanda. Dia menuding isi kajian yang dibawakan berpaham Salafi Wahabi.
Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Trisno Riyanto, bersama Dandim 0101/BS Lekol Inf Hasandi Lubis mencoba menenangkan massa. Mereka berulang kali mengajak massa untuk membubarkan diri.
"Ini sudah selesai saudara-saudara, tolonglah bubar. Bagaimana mau kita selesaikan ini kalau tidak bubar," ucap Kapolresta Banda Aceh yang diamini Dandim.
Namun, massa yang menolak kehadiran Ustad Firanda masih bertahan di lokasi hingga pukul 23.00 WIB. Wakil Ketua MPU, Faisal Ali, menilai penolakan terhadap kajian Ustaz Firanda disebabkan beberapa hal. Menurutnya, selama ini masyarakat yang tidak sepakat dengan Ma'had Assunnah telah menelusuri ceramah-ceramah yang disampaikan Firanda, di berbagai tempat.
"Sangat menyinggung masyarakat Aceh dalam konteks akidah, maka itulah terjadi penolakan," kata Lem Faisal.
Dia menyebutkan, mayoritas masyarakat Aceh yang berpaham ahlussunnah wal jamaah menentang kajian Ustaz Firanda. Sebagai seorang dai, Firanda dinilai tidak mempertimbangkan kearifan lokal yang ada di Aceh.
"Mungkin kalau yang dia sampaikan itu di Jakarta, ya tidak masalah. Namun kalau di Aceh itu kan jadi sesuatu yang jadi masalah," ungkap Faisal.
Pimpinan salah satu dayah di Aceh Besar tersebut juga menyebutkan penolakan yang dilakukan masyarakat Aceh itu terjadi hanya terhadap dai-dai yang mereka anggap radikal. MPU pun, kata dia, sudah berulang kali menyampaikan rekomendasi kepada Pemerintah Aceh agar membuat petunjuk teknis terhadap dai maupun imam yang datang ke daerah Aceh.
"Supaya bisa beradaptasi dengan perilaku dan tata cara ibadah masyarakat Aceh, tapi ini tidak diindahkan rekomendasi itu," pungkas Faisal. (RO/OL-9)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved