Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
RIBUAN petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) di sepanjang Hutan Lindung Bukit Betabuh (HLBB), Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, mulai menanam tanaman lokal bernilai ekonomi tinggi yakni jernang.
Petani dari masyarakat desa-desa di HLBB di bawah binaan UPT KPH Singingi dan didampingi Yayasan Hutanriau siap mendukung konsep Riau Hijau yang tengah dirumuskan oleh Gubernur Riau Syamsuar dan program perhutanan Presiden RI Joko Widodo.
"Sejak 2016, para petani mulai menanam jernang dan tanaman lokal bernilai ekonomi tinggi lainnya untuk meningkatkan penghidupan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian hutan," kata Duski Samad, 41, dari KTH Mandiri, Desa Lubuk Ramo, Kecamatan Kuantan Mudik, Kuantan Singingi, Riau, Rabu (3/4).
KTH Mandiri merupakan satu dari puluhan KTH yang berada di sekitar Hutan Lindung Bukit Betabuh, Kuantan Singingi, Riau. Seperti diketahui, dalam program 100 hari kerjanya, Gubernur Riau Syamsuar sedang merumuskan konsep Riau Hijau dengan melibatkan partisipasi publik.
Duski Samad menjelaskan, tumbuhan jernang adalah resin berwarna merah darah atau merah tua dari beberapa spesies rotan dari marga Daemonorops. Jernang lebih dikenal dalam dunia perdagangan dengan nama dragons blood atau darah naga.
Seperti tumbuhan rotan lainnya, Jernang membutuhkan tegakan pohon untuk memanjat dalam memperoleh cahaya sebagai sumber energi hidup (asimilasi).
"Karena jernang membutuhkan tegakan pohon maka ketika kita menanam jernang, juga harus menanam pohon. Dengan kata lain, menanam Jernang dan menjaganya tumbuh, maka sama halnya dengan menanam kembali hutan. Sebab, Jernang butuh hutan untuk tumbuh dan kemudian menghasilkan nilai ekonomi bagi warga petani hutan," ungkapnya.
Baca juga: Jaga Hutan demi Kesejahteraan Rakyat
Sementara Ketua KTH Bukik Ijau, Desa Air Buluh, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Hendriyanto, 39, mengatakan menanam jernang sama dengan melestarikan hutan. Apalagi, hasil ekonomi dari produksi jernang bisa berkali-kali lipat dibandingkan tumbuhan kelapa sawit.
"Kami telah membuktikan hasil (penjualan) jernang meningkatkan penghasilan masyarakat. (Hasil) satu hektare jernang sebanding dengan lima belas hektare sawit," tuturnya.
Hendri pun telah menikmati hasil jernang sejak tahun 90-an.
"Inilah kenapa kami yakin bahwa komoditas jernang itu sama halnya dengan simbol melestarikan hutan di Riau. Ini juga berarti semangatnya sama dengan semangat Riau Hijau yang tengah disiapkan oleh Gubernur Riau," ucapnya.
Sedangkan, Direktur Yayasan HutanRiau Widya Astuti meminta seluruh pemangku kepentingan ikut berkontribusi untuk mempercepat terciptanya Riau Hijau.
"Inisiatif telah dimulai dari tapak, tinggal dukungan para pihak mulai dari Universitas, Medis, Pemda bahkan sektor bisnis untuk bersama-sama mempercepat terwujudnya Riau Hijau," kata Widya.
Menurut Widya, HutanRiau bersama dengan warga di sekitar Hutan Lindung Bukit Betabuh meningkatkan sumber penghidupan bagi masyarakat tanpa menebang hutan alam.
Alhasil, para petani yang dulunya pembalak liar kini telah berkomitmen untuk menjaga hutan Bukit Betabuh dengan menanam kembali hutan tersebut. Komitmen yang kini telah diikrarkan oleh seribuan petani hutan dari puluhan KTH diperkuat oleh dukungan dari UPT KPH Singingi.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved