Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Reaktor Nuklir Kartini untuk Pendidikan Nuklir ASEAN

(AT/N-3)
01/4/2019 22:30
Reaktor Nuklir Kartini untuk Pendidikan Nuklir ASEAN
Reaktor Nuklir Kartini(FOTO ANTARA/ Wahyu Putro)

BADAN Tenaga Nuklir Nasional (Batan) terus berupaya meningkatkan pelayanan reaktor nuklir Kartini untuk dunia pendidikan. Rencana­nya, teknologi informasi di reaktor ini akan ditingkatkan sehingga bisa dimanfaatkan dengan skala lebih luas, tidak hanya lingkup Indonesia, tetapi juga ASEAN.

“Hanya empat negara yang mempunyai reaktor nuklir untuk pendidikan, yaitu Prancis, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Indonesia,” kata Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) dan Plt Kepala Pusat Sains dan Teknologi Akselelator (PSTA) Batan, Edy Giri Rachman Putera. Untuk meningkatkan kapasitas pendidikan, pihaknya bekerja sama dengan International Agency atau disingkat IAEA.

Pembangunan internet labo­ratory, lanjut dia, penting agar reaktor Kartini bisa digunakan lebih luas. Dengan teknologi informasi, perguruan tinggi lain yang hendak menggunakan reaktor Kartini untuk penelitian tidak perlu ke Yogyakarta, tetapi cukup lewat jarak jauh. “Nantinya bisa digunakan seluruh Indonesia, bahkan lingkup regional ASEAN,” kata Edy.

Selama 2018, PSTA telah menerima pengujian sampel dari masyarakat sebanyak 773 kali. Ada 2.307 orang berkunjung ke fasilitas nuklir Yogyakarta dan 30 kali memberikan layanan pengujian kesesuaian pesawat sinar X.

“Diharapkan semakin banyak masyarakat yang dapat memanfaatkan hasil litbang PSTA melalui kegiatan penelitian bersama baik untuk sesama lembaga litbang maupun perguruan tinggi.

Selain itu, jasa layanan PSTA dan STTN dapat dimanfaatkan lebih luas oleh seluruh lapisan masyarakat yang pada ­akhirnya dapat memberikan layanan terkait dengan Iptek nuklir yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat sebagai bentuk penghiliran dari kegiatan litbang Iptek nuklir di Indonesia,” harapnya. Saat ini yang memanfaatkan Batan 70% dari instansi pemerintah dan 30% dari swasta.

Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir (SATN), Efrizon Umar, berpesan agar kegiatan penelitian yang dilakukan Batan harus mengikuti perkembangan zaman. Kegiatan penelitian juga diharapkan mempunyai orientasi kepada kebutuhan pelanggan/masyarakat.

“Kegiatan riset harus mengantisipasi adanya perubahan zaman yang dirasa sangat cepat. Selain itu, kegitan riset harus ada akhirnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan,” kata Efrizon. Hal yang perlu diperhatikan ialah setiap kegiatan penelitian harus menyertakan analisis terhadap kebutuhan stakeholder-nya. (AT/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya