Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Situs Sekaran Malang Diduga Kedaton Pra-Majapahit

Bagus Suryo
21/3/2019 20:25
Situs Sekaran Malang Diduga Kedaton Pra-Majapahit
(MI/Bagus Suryo)

TIM Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur menghentikan ekskavasi setelah behasil membuka situs Sekaran seluas 625 meter persegi di Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Kamis (21/3).

Struktur bangunan berbahan batu bata itu diduga bangunan suci peribadatan masa sebelum Kerajaan Majapahit, bisa juga istana raja atau rumah pejabat kerajaan.

Situs di kilometer 37 seksi lima proyek jalan tol Malang-Pandaan itu bangunannya dikelilingi pagar. Fungsi bangunan diinterpretasikan selain bangunan suci peribadatan, juga diduga sebagai bangunan puri, istana, atau kedaton kerajaan besar atau kerajaan kecil. Hal itu didukung dengan syarat-syarat bangunan berdiri di atas tanah yang padas agak keras, di perbukitan dan ada tempuran Sungai Amprong dan Sungai Jilu.

Bangunan berbahan batu bata di lokasi temuan lebih besar ketimbang temuan batu bata di Trowulan, masa Majapahit. Sehingga dipastikan bukan rumah rakyat biasa yang umumnya terbuat dari kayu.

"Soal itu nanti akan diungkap tersendiri oleh unit purbakala lain," tegas Arkeolog BPCB Jatim, Wicakcono Dwi Nugroho, kepada wartawan di lokasi penemuan situs kuno.

Ia menjelaskan, setelah membuka kompleks purbakala itu, selain menemukan struktur bangunan batu bata, juga menemukan pecahan keramik dan pecahan tembikar.

Tim BPCB Jatim menghentikan sementara aktivitas setelah melakukan ekskavasi sejak selama 10 hari terakhir. Penelitian akan dilanjutkan oleh tim dari BPCB Yogyakarta. Penelitian lanjutan diperlukan karena kompleks purbakala ini bisa jadi lebih luas dari sekadar yang dibuka sekarang. Sebab kecenderungan arah bangunan meluas ke barat daya dari temuan awal di tebing sisi timur.

"Kita sudah singkap bangunan gapura menghadap ke timur laut. Poros orientasinya mengarah ke Gunung Semeru dan Gunung Kawi," ungkapnya.


Baca juga: Terobos Radius Bahaya Gunung Bromo, Dua Turis Jerman Ditangkap


Di sisi barat daya, lanjutnya, ada temuan dua bangunan berupa batur dan satu bangunan menyerupai altar. Satu bangunan lagi belum diidentifikasi.

Di sisi selatan, ada bentangan struktur memanjang dari barat ke timur dengan orientasi bangunan pagar dan bangunan lainnya.

"Sepertinya pagar pembatas," katanya.

Sampai saat ini pihaknya menduga fungsi bangunan merupakan kompleks hunian terdiri atas kluster-kluster. Dugaan awal sebagai kompleks peribadatan dikelilingi bangunan lain yang sifatnya lebih publik.

"Ada enam titik. Ada area privat dan publik. Klaster-klaster ini yang akan kita baca nanti. Sebab, rumah kasta sudra tidak akan membuat fondasi batu bata. Rakyat biasa rumahnya dari kayu," tuturnya.

Ia menyatakan temuan situs ini sangat penting untuk penelitian sejarah mengingat di Kota Malang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur, sangat jarang peninggalan cagar budaya berbahan batu bata. Temuan ini masih bisa direkonstruksi lebih luas. Apalagi di sekeliling situs banyak ditemukan benda-benda kuno lain, diantaranya pecahan keramik, pataka, batu andesit menyerupai lumpang, dan uang kepeng zaman Dinasti Han, Dinasti Sung, dan Dinasti Ming.

"Temuan mata uang dan pecahan keramik China didominasi Dinasti Sung sekitar abad 10 sampai abad 14 Masehi. Kepeng China tertua Dinasti Han abad 100-400 Sebelum Masehi. Termuda Dinasti Ming abad 15," imbuhnya.

Ia menduga temuan mata uang kepeng itu merupakan uang tabungan milik warga yang cara menyimpannya dimasukkan di kendi atau wadah tertentu, lalu ditanam di tanah. Saat terjadi perang, uang-uang itu ditinggalkan begitu saja karena berupaya menyelamatkan diri saat perang.

"Zaman dulu banyak perang," pungkasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya