Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
KOTA Sibolga, Sumatra Utara, merupakan kota yang indah dan damai karena itu diberi gelar Kota Sibolga Nauli yang artinya kota yang indah. Keindahan kota kecil ini makin terasa karena wilayahnya berbatasan langsung dengan gunung dan laut. Kota Sibolga berdekatan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, dengan komposisi penduduk muslim dan nonmuslim yang hampir berimbang, yakni jumlah warga muslim sekitar 55% dan nonmuslim sekitar 45%. "Meskipun bahasa yang dominan dipakai masyarakat di kota itu ialah bahasa Batak Toba dan juga dipengaruhi bahasa Minang. Namun, kearifan lokalnya sangat kuat dengan slogan Sibolga kota berbilang kaum, saiyo sakato dan sahata saoloan," ungkap pengamat sosial politik dari Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Medan (UIN) Sumatra Utara, Dr Hasrat Efendi Samosir, MA, kemarin.
Hasrat yang juga putra asli Sibolga ini menuturkan toleransi di Kota Sibolga sudah berlangsung lama. Tidak ada masalah hubungan dilatarbelakangi perbedaan agama. Bahkan ada keluarga yang bercampur muslim dan nonmuslim, seperti yang terjadi di keluarga Hasrat, yang juga Sekretaris Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota Medan ini.
"Adik ayah saya nonmuslim dan kami muslim. Namun, budaya kami saling mengunjungi juga kental di sana, bahkan kalau pesta juga saling mengundang. Namun, kalau hal makan, tetap dibedakan," ujar Hasrat yang mengenyam pendidikannya di Muhammadiyah ini.
Baca Juga: Perburuan Terduga Teroris Berlanjut ke Rokan Hilir
Walaupun yang pesta itu keluarga besar dari nonmuslim, jelas Hasrat, untuk bagian masak-memasak selalu dipercayakan kepada yang muslim. Ini untuk menjamin masakannya halal.
Dia sangat menyayangkan perbuatan teorisme di Kota Sibolga, tiba-tiba kota kelahirannya yang aman damai mengguncangkan negara ini. "Tindakan terorisme kini mengobok-obok kampung halaman kami Sibolga Nauli. Kota yang kaumnya hidup rukun, damai, tentram, dan berkasih sayang di tengah perbedaan walau komposisi penduduk muslim dan nonmuslim relatif hampir seimbang," ujarnya.
Kejadin ini, menurut dia, disebabkan pemahaman keislaman yang sangat radikal dan doktrin yang bertentangan dengan spirit Islam yang rahmatan lil 'alamin. Aksi kekerasan yang dilakukan teroris merupakan tindakan yang membajak agama. "Agama saya Islam menentang perbuatan itu," tegasnya.
Sementara itu, Rosita Situmeang, 55, warga Sibolga lainnya, berharap Tim Densus 88 dan petugas keamanan lainnya segera memulihkan keamanan di kotanya. "Jangan sampai aksi teroris ini memecah belah kerukunan yang sudah terjalin lama," ujar Rosita. (PS/JH/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved