Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan jumlah korban meninggal akibat bencana tsunami di Selat Sunda menurun dari laporan sebelumnya yang semula 430 orang menjadi 426 orang.
"Terjadinya penurunan ini setelah kami lakukan cross check data ternyata ditemukan beberapa korban meninggal yang terdata secara ganda. Misalnya korban yang kebanyakan wisatawan di Pandeglang dicatat di Serang, begitu juga sebaliknya. Jadi data terbaru hari ini kami terima dari 430 menjadi 426 orang korban yang meninggal dunia," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho pada konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Jumat ( 28/12)
Sutopo menjelaskan jumlah korban jiwa terbanyak terdapat di Pandeglang yakni 288 orang di Kabupaten Serang tercatat 20 meninggal, , di Lampung Selatan 116 orang meninggal. Adapun, di Di Pesawaran dan Tanggamus tercatat masing-masing 1 orang meninggal. Jika korban meninggal turun sebaliknya jumlah korban luka-luka bertambah dari 1.495 orang menjadi 7.202 orang. Sedangkan jumlah korban yang hilang berkurang menjadi 23 orang dari sebelumnya terdata 159 orang.
Sementara data jumlah pengungsi juga bertambah dari sebelumnya 21.991 orang menjadi 40.386 orang. Lebih lanjut Sutopo mengutarakan hingga hari ini, terdata rumah rusak akibat tsunami bertambah menjadi 1.296. Adapun 78 penginapan, 434 perahu, 69 kendaraan roda empat, 38 kendaraan roda dua, dan 1 dermaga turut rusak akibat terjangan tsunami. Data tersebut, menurut Sutopo diperkirakan akan bertambah. Pasalnya, masih ada korban yang belum ditemukan akibat tertimbun material dan puing selain itu belum semua daerah terpantau oleh tim SAR.
Secara umum, BNPB memperkirakan sebanyak 351 ribu jiwa terdampak bencana tsunami Selat Sunda. Perinciannya untuk provinsi Banten 209.628 jiwa, sedangkan provinsi Lampung 141.611 jiwa.
Menurut Sutopo, sebanyak 40.386 orang di Banten maupun Lampung yang masih mengungsi tidak semuanya bersedia direlokasi.
"Ini disebabkan kemungkinan karena masalah mata pencarian, dan keterbatasan lainnya ," ujarnya.. Dalam kesempatan itu, Sutopo menyinggung sistem peringatan dini, hemat dia mesti ada langkah komprehensif. Bukan semata memasang sensor juga disertai membangun shelter, rambu-rambu evakuasi, jalur evakuasi, dan budaya sadar bencana yang mesti dibangun bersama. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved