Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
GELAK tawa para bocah menyeruak tanpa dikomando. Kebahagiaan semakin tampak, ketika mereka melihat sejumlah badut dengan dandanan khasnya masuk.
Puluhan bocah itu berkerumun di lapangan futsal yang menjadi pusat pengungsian. Raut wajah mereka menyiratkan antusiasme, namun ada sisi gelisah kala menunggu penampilan 10 badut yang telah berdiri di depan mereka.
Sosok badut dengan riasan bedak putih tebal, bibir merah, dan hidung bulat buatan, begitu mencolok. Para penghibur ini merupakan bagian dari Komunitas Aku Badut Indonesia (ABI). Mereka datang untuk menghibur anak korban tsunami di posko pengungsian Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (27/12).
Tujuannya, agar bocah berumur 7 hingga 9 tahun ini bisa kembali pulih dari rasa trauma pasca tsunami melanda mereka.
Aksi Berbuntut Kecerian
SEJUMLAH aksi akrobatik pun ditampilkan. Tidak lupa sulap yang diisi dengan kejutan berupa hadiah dihadirkan untuk anak-anak yang bisa menjawab teka-teki dari sang badut.
“Intinya kami mengembalikan keceriaan anak-anak di sini. Menghilangkan rasa trauma,” terang Founder ABI Dedi Delon kepada Media Indonesia di lokasi.
Baca Juga: Pengungsi di Labuan Senang Dikunjungi Jokowi
Menurutnya, ABI hadir untuk memberikan trauma healing sehingga bisa kembali melihat canda dan tawa anak-anak di posko pengungsian.
“Kami memang selalu datang di tempat aksi sosial. Khususnya di tempat bencana alam. Kami juga ke tempat anak-anak kanker,” imbuh Dedi.
Anak-anak sangat bergembira. Mereka begitu menikmati setiap permainan yang ditampilkan para badut. Rasa trauma pun seakan hilang.
“Senang kak. Terus tadi dikasih hadiah juga,” aku salah satu anak Ridho, 8, seusai menikmati penampilan badut.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved