Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Dolar AS Naik, Perajin Tahu di Cianjur Kurangi Produksi

Benny Bastiandy
06/9/2018 13:55
Dolar AS Naik, Perajin Tahu di Cianjur Kurangi Produksi
(MI/Benny Bastiandy)

PERAJIN tahu di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terdampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Mereka terpaksa mengurangi jumlah produksi lantaran harga kacang kedelai impor yang menjadi bahan baku pembuatannya melonjak.

"Tentunya sangat terdampak dengan kondisi sekarang, karena harga kacang kedelai sekarang naik. Kita kan menggunakan kacang kedelai impor. Padahal itu bahan baku utama pembuatan tahu," kata Endon, perajin tahu di Gang Semboja, Kampung Sayang Semper RT 02/08, Kelurahan Sayang, Kecamatan/Kabupaten Cianjur, Kamis (6/9).

Endon mengatakan harga kacang kedelai impor sekarang dibanderol Rp75 ribu per kuintal atau Rp7.500 per kg. Biasanya harga normal di kisaran Rp60 ribu per kuintal atau Rp6 ribu per kg.

"Wah hampir dua bulan terakhir harga kacang kedelai impor naik terus. Kondisi ini sulit bagi kami. Tapi di sisi lain kami harus tetap produksi," jelasnya.

Biasanya ketika harga kacang kedelai impor di kisaran Rp60 ribu per kuintal, Endon bisa memproduksi sekitar 3 kuintal per hari. Tapi sekarang sejak harga kacang kedelai impor naik hanya memproduksi 2 kuintal per hari.

Dari 2 kuintal bahan baku kacang kedelai impor, Endon bisa memproduksi sebanyak 10 ribu biji tahu.

"Penghasilan juga jadi kurang," imbuhnya.

Meskipun harga bahan baku kacang kedelai impor naik, Endon mengaku tak menaikan harga jual. Sampai sekarang ia menjual Rp350 per biji dengan ukuran 7 sentimeter.

"Nggak dikurangi kalau ukuran mah. Kalau dikurangi kasihan nanti yang ngejualnya. Tetap saja ukuran mah 7 sentimeter," tuturnya.

Endon mengatakan sebetulnya bahan baku pembuatan tahu lebih bagus menggunakan kacang kedelai lokal. Namun karena persediaan di pasaran tidak ada sejak lama, Endon memilih menggunakan kacang kedelai impor.

"Beda dengan tempe yang harus menggunakan kacang kedelai impor. Kalau tahu lebih bagus menggunakan kacang kedelai lokal. Tapi di pasaran sudah tidak ada. Nggak tahu kenapa saya juga di pasaran di Cianjur tidak ada kacang kedelai lokal," ucapnya.

Ia berharap nilai tukar rupiah terhadal dolar Amerika Serikat bisa kembali menguat. Dengan demikian, pengusaha yang berorientasi kepada profit bisa terus memproduksi tahu tanpa dihantui rasa was-was usahanya akan gulung tikar.

"Kalau sudah seperti sekarang (dolar naik), kita mah pasti kena dampaknya," tandas Endon seraya mengaku pemasaran tahu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya