Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Kenaikan Dolar Belum Terlalu Berdampak pada Perajin Tempe di Banyumas

Liliek Dharmawan
05/9/2018 15:45
Kenaikan Dolar Belum Terlalu Berdampak pada Perajin Tempe di Banyumas
(MI/Bary Fathahilah)

DEPRESIASI rupiah terhadap dollar AS belum terlalu berdampak pada perajin tempe di Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) yang mengonsumsi kedelai impor AS. 

Harga kedelai hanya naik dari Rp7.300 per kilogram (kg) menjadi Rp7.500 per kg. Meski demikian, perajin masih belum menaikkan  harga jual tempe.

Salah seorang perajin tempe di sentra industri tempe Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, Banyumas, Ngatikah, 38, mengungkapkan kalau sampai sekarang dirinya bersama para perajin belum akan menaikkan harga tempe. 

"Harga tempe masih tetap yakni Rp5 ribu per 10 biji," katanya, Rabu (5/9).

Setiap harinya, Ngatikah menghabiskan 30 kg untuk bahan baku pembuatan tempe. Dalam beberapa waktu terakhir, harga kedelai impor mengalami kenaikan dari Rp7.300 menjadi Rp7.500. 

"Naiknya harga kedelai masih belum terlalu tinggi, hanya naik Rp200 per kg, sehingga kami masih tetap  mempertahankan harga tempe. Tidak tahu nanti kalau harga kedelai semakin melonjak," ujarnya.

Sementara distributor kedelai di Purwokerto, Tanto, mengatakan bahwa harga kedelai masih belum terlalu signifikan kenaikannya. 

"Di tingkat distributor, harga kedelai baru naik Rp100 dari Rp7.100 menjadi Rp7.200 per kg. Naiknya dolar terhadap rupiah belum terlalu signifikan dampaknya terhadap harga kedelai," ulasnya. 

Menurut Tanto, harga kedelai impor permah melonjak tinggi hingga Rp10 ribu pada saat di AS mengalami kekeringan sehingga barang menjadi langka. 

"Kalau sekarang ini, depresiasi rupiah masih belum berdampak," jelas Tanto. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya