Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
RIBUAN warga Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengungsi di belakang Kantor Polsek Pemenang, Pemenang, Lombok Utara. Itu adalah salah satu pusat evakuasi pengungsi korban gempa terbesar.
Pengungsi hidup di tenda-tenda dengan kondisi gelap gulita tanpa penerangan. Aliran listrik di seluruh Lombok Utara, darah paling parah terdampak gempa pada Minggu (5/8) lalu, praktis terputus total.
Mahmudin, warga Desa Pemenang Timur yang mengungsi di belakang polsek pada hari pertama gempa, mengatakan situasi di tempat pengungsian semakin baik, aman, tertib. Kebutuhan makanan, air bersih, dan posko kesehatan terpenuhi.
Ia menyebut seluruh rumah milik sekitar 2.000-an warga pengungsi di pusat pengungsian itu hancur atau sudah tidak layak ditempati. Mereka berasal dari Karang Pangsor, Karang Subagan, Muhajirin, Karang Bedil, Pemenang Barat.
"Rumah kita semua di sini sujud (dalam kondisi ambruk) dan hancur," ujar Mahmudin, saat ditemui Selasa (7/8) malam. "Termasuk rumah saya hancur. Ijazah dan dokumen-dokumen penting belum saya ambil."
Sementara itu, Yuni, 28, pengungsi lainnya, mengeluhkan belum tersedianya air bersih untuk kebutuhan memasak. Fasilitas umum seperti MCK (mandi, cuci, dan kakus) diharapkan bisa segera dibangun.
Adapun Edi Nata, 35, juga pengungsi di pusat penampungan itu, mengatakan para warga membutuhkan tenda darurat. Sejauh ini mereka tidur di bawah tenda yang dibangun sendiri.
"Iya, terpal punya kami sendiri, semuanya. Kami butuh bantuan terpal karena yang punya kami ada yang bolong-bolong, ada yang seadanya," terang Edi.
Ia mengaku berbagi tempat di tenda berukuran 30 meter persegi dengan sekitar 21 warga. Rata-rata satu tenda dihuni tujuh kepala keluarga. "Iya sempit," sambungnya.
Mahmudin menambahkan, ia mendengar pemerintah akan segera membangun MCK dan memberikan bantuan tenda darurat.
"Sedang dibuatkan lima buah MCK. Petugas juga sudah mendata warga yang akan mendapatkan bantuan tenda," terangnya.
Mahmudin memaknai dua kejadian gempa yang terjadi dalam rentang waktu yang berdekatan sebagai teguran dan peringatan. Karena itu setiap orang patut untuk selalu bersyukur dan optimis melanjutkan hidup.
"Semoga jangan sampai azab yang turun," pungkasnya. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved