Warga Banyuwangi Diimbau Waspadai Isu Berkedok HAM dan Lingkungan
Micom
14/7/2018 11:10
(ANTARA/Reno Esnir)
SEBAGAI sebuah ideologi, komunisme tidak akan pernah mati dan akan terus ada. Buktinya, sampai saat ini masih ada beberapa negara seperti China, Korea Utara, dan Kuba yang masih mempertahankannya sebagai ideologi negara meski mengalami beberapa penyesuaian di sana sini sesuai perkembangan zaman.
Meski telah mengalami kebangkrutan politik di mana-mana, metode gerakan dan perilaku politik mereka dinilai tetap sama. Soal isu kebangkitan komunisme di Indonesia saat ini tidak lagi dalam bentuk seperti di era akhir 1950-an dan awal-awal 1960 lalu yang berorientasi merebut kekuasaan negara. Namun mereka lebih memilih muncul dengan isu-isu populis kerakyatan seperti isu hak asasi manusia dan lingkungan hidup.
"Ambil contoh di kasus demonstrasi dengan membawa logo palu arit di Banyuwangi tahun lalu yang terus bergulir sampai sekarang meski vonis pengadilan telah sampai Pengadilan Tinggi Jawa Timur dan kini kasasi ke MA," sebut Rahman Sabon Nama, aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jakarta, dalam keterangannya, Sabtu (14/7).
Menurut Rahman, dalam kasus Banyuwangi isu HAM dan lingkungan hidup dihembuskan dan dimainkan di tengah-tengah warga untuk menimbulkan pertentangan antarkelas dan antar kelompok sosial kemasyarakatan.
"Yang pasti, maju dan gerak roda ekonomi dan pariwisata di Banyuwangi saat ini sangat terganggu dengan isu-isu tidak produktif yang dihembuskan oleh pendukung komunisme di sana yang memanfaatkan isu HAM dan lingkungan hidup untuk menggalang simpati warga," tegas Rahman.
Sebagai kader Nahdlatul Ulama, tambah Rahman, kami mendukung penuh perlawanan dari PCNU Banyuwangi yang getol melawan kebangkitan komunisme karena trauma sejarah pembantaian GP Ansor di sana pada 1965.
"Warga di sana sejatinya tidak sadar telah disusupi dan terinfiltrasi simbol-simbol PKI. Lebih aneh lagi, ada seorang yang dijatuhi hukuman karena membawa bendera palu arit, lantas menuding perusahaan tambang tidak mengindahkan HAM dan merusak lingkungan. Apa hubungannya?" imbuhnya.
Menurut Rahman, warga harus terus diadvokasi untuk menghindari ketidaktahuan sehingga merasa bahwa isu HAM dan lingkungan yang disampaikan kelompok yang saat ini eksis di Banyuwangi yang didukung afiliasi NGO di tingkat nasional merupakan su populisme rakyat.
"Kami akan kawal jangan sampai warga dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok mereka. Bagi kami kader muda NU, NKRI dan Pancasila adalah final dan harga mati. Tidak tempat bagi ideologi lain ibu pertiwi", pungkasnya. (RO/OL-1)