Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Dinkes Evaluasi Penyebab Keracunan Vaksin Difteri di Pamekasan

Mohammad Ghazi
01/3/2018 15:18
Dinkes Evaluasi Penyebab Keracunan Vaksin Difteri di Pamekasan
(ANTRA FOTO/Asep Fathulrahman)

DINAS Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur menyatakan masih mengkaji penyebab dugaan keracunan vaksin difteri yang dialami puluhan santri di Pamekasan, beberapa waktu lalu. Saat ini sampel vaksin yang digunakan masih diteliti di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes, Ansarul Fahruda, mengatakan selain meneliti sampel vaksin, Dinkes juga mengevaluasi prosedur vaksinasi yang dilakukan petugas medis, mulai dari penyimpanan vaksin dan pemeriksaan pravaksinasi.

"Kami sudah memeriksa dan hasilnya Vaksin yang digunakan belum kadaluarsa dan penyimpanannya juga sudah benar. Kami masih menunggu hasil penelitian kandungan vaksinnya yang saat ini masih dilakukan BPOM," kata Ansarul di Pamekasan, Kamis (1/3).

Namun, ia memastikan vaksin yang digunakan itu mengandung obat-obatan herbal yang tidak membahayakan kesehatan, meski belum mengantongi label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebab, sebelum memutuskan menggunakan vaksin tersebut, Kementerian Kesehatan telah melakukan kajian dan melihat langsung proses produksinya.

"BPOM masih meneliti apakah terjadi kesalahan produksi atau tidak, melalui perbandingan dengan vaksin serupa yang juga digunakan di daerah lain," jelasnya.

Saat ini, Dinkes Jatim juga tengah mencari langkah penyadaran terhadap masyarakat setelah terjadi penolakan besar-besaran terhadap vaksinasi difteri di Pamekasan.

Sementara itu, Kepolisian Resor (Polres) Pamekasan, Jawa Timur, menyatakan masih menunggu hasil laboratorium untuk memastikan penyebab keracunan vaksin yang menimpa puluhan pelajar pasca vaksinasi difteri tersebut.

Kapolres, Ajun Komisaris Besar Teguh Wibowo, mengatakan pihaknya mengembangkan penyelidikan dengan menguji obat yang digunakan. "Pasca kejadian itu, kami melakukan pengambilan sampel obat yang dipakai, kemudian kami kirim ke Polda Jawa Timur untuk diuji lab. Sekarang, kami masih menunggu hasil. Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan," kata Teguh.

Ia menjelaskan, hasil uji laboratorium itu, akan menjadi bahan untuk proses lebih lanjut. Polisi juga akan menjadikan hasil penelitian BPOM sebagai bahan perbandingan dan melehngkapi hasil penelitian yang dilakukan polisi.

Seperti diberitakan sebelumnya, puluhan santri di Pondok Pesantren Al Falah, Dusun Sumber Gayam, Desa Kadur, Kecamatan Kadur, Pamekasan, mengalami pusing dan mual-mual setelah disuntik vaksin difteri, pada pertengahan Februari lalu. Kasus itu mengundang penolakan di hampir seluruh wilayah Pamekasan terhadap vaksinasi difteri.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya