Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Memopulerkan Bawang Dayak

(Surya Sriyanti/N-3)
27/2/2018 00:01
Memopulerkan Bawang Dayak
(MISURYA SRIYANTI)

AMA Dion, 43, sibuk meramu bawang merah dicampur dengan beberapa tanaman untuk dijadikan sebagai obat. Perempuan asal Dayak dari Barito ini memperlihatkan bawang dayak warna merah segar yang masih tersambung dengan daun-daun bawang. Mama Dion sudah puluhan tahun berjualan bawang Dayak, sekaligus menjual obat-obatan khas Dayak, hasil ramuannya, di Pasar Kahayan Palangka Raya, Kalimatan Tengah. “Saya meramu bawang Dayak yang berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit,” kata Mama Dion akhir pekan lalu.

Dia menyebutkan bawang dayak berkhasiat menyembuhkan penyakit kencing manis, kolesterol, wasir, dam asma. Mengolah bawang Dayak ini untuk dijadikan sebagai obat tradisional juga mudah. Menurut Mama Dion, caranya dimulai dengan menghilangkan akar bawang dan mulai potong tipis-tipis. “Barulah direbus hingga mendidih dengan air secukupnya. Setelah itu disaring. Air rebusan bawang ini diminum untuk obat. Merebusnya agak lama ya. Dari tiga gelas air menjadi satu gelas,” ujarnya.

Saat ini bawang dayak sedang dibudidayakan karena tingginya permintaan konsumen, khususnya untuk bahan obat. Bahkan, saat ini beberapa orang mencoba membudidayakan tumbuhan hutan yang berwarna merah tua itu. Tekstur bawang dayak tidak jauh berbeda dengan bawang dari Jawa.

Harga bawang dayak di pasaran tidak terlalu mahal. Satu ikat berharga Rp20 ribu. Sejumlah konsumen yang membeli bawang dayak di kios Mama Dion mengaku rebusan bawang berkhasiat. Bawang khas dayak saat ini dikembangkan Kantor Kesatuan Pengelola Hutan Produksi Barito Hulu Unit V Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. “Tahun lalu kami mengembangkan bawang Dayak hanya lima demplot. Pada tahun ini bertambah menjadi delapan demplot atau bedeng,” kata Kepala Kantor Kesatuan pengelola Hutan Produksi Barito Hulu Unit V, Rudi Chandra Utama, saat ditemui di Muara Teweh.

Menurut Rudy, pihaknya baru saja mulai panen tanaman bawang dayak hasil uji coba di lokasi demplot di Hutan Kota Tumenggung Surapati Muara Teweh, kawasan Wonorejo. Bibit yang ditanam sekitar 3 kilogram di lima bedeng dan 15 polybag, menghasilkan panen 6 kg untuk dua bedeng.

“Hasil pengembangan bawang dayak ini selain untuk diperbanyak, akan dibagikan ke masyarakat karena komoditas ini punya peluang bisnis budi daya cukup besar,” katanya. Bibit bawang dayak atau biasa disebut bawang Kambe, bawang gutan, atau bawang mekah ini banyak dijual di Pasar Muara Teweh. Selain untuk obat, bawang dayak dikembangkan sebagai produk teh racik, yang dijual secara terbatas. Satu kemasan 300 gram berharga Rp50 ribu. (Surya Sriyanti/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya