Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Di Tengah Paceklik, Petani Garam Jepara Masih Tersenyum

Akhmad Safuan
24/7/2017 14:19
Di Tengah Paceklik, Petani Garam Jepara Masih Tersenyum
(ANTARA/Saiful Bahri)

CUACA panas terasa membakar kulit, hembusan angin kencang dari arah pantai utara di Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah tidak banyak membantu mendinginkan panas menyengat. Tampak ribuan hektare lahan garam di sepanjang pesisir utara itu sebagian terlihat mengering tanpa ada kristal garamnya.

Namun kondisi ini tidak menyurutkan semangat para petani garam yang ada di Desa Tanggul Tlare hingga Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Jepara untuk mengolah air laut menjadi kristal garam. Kincir air terus berputar mengusung air laut memasuki tambak garam yang mulai kosong.

Sebagian petani lainnya mengeruk kristal putih kecoklatan dengan alat pengeruk sederhana yang terbuat dari papan untuk dikumpulkan di pojok ladang. Puluhan petani lainnya mengusung gunungan garam menuju gudang kecil yang berjarak sekitar 0,5 sd 2 kilometer dari lahan dan mengepak ke dalam
karung-karung plastik yang telah disediakan.

Kemudian diangkut dengan kendaraan pick up menuju ke pabrik garam untuk diolah menjadi garam siap konsumsi.

Itulah pemandangan yang terlihat di produksi garam yang kini menjadi sorotan, senyum mengembang pun terlihat di wajah-wajah petani garam di Jepara, Jawa Tengah usai memanen garam di tengah kehancuran musim panen garam saat ini yang disebabkan cuaca.

Harga garam yang kini terus melambung dari sebelumnya, garam krosok yang hanya berkisar Rp500 per kilogram melonjak menjadi Rp3.000 per kilogram.

"Meskipun panen tidak sebesar tahun lalu, namun tingginya harga garam saat ini cukup membuat petani di sini gembira karena hasil penjualan cukup menghasailkan uang banyak," kata Slamet Karjono,51, petani garam di Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Jepara.

Jumlah panen garam di Jepara saat ini, demikian Sunardi,47, petani lain di Desa Surodadi, Kecamatan Kedung, Jepara mengalami penurunan drastis hingga mencapai 60 persen. Namun diakui dengan tingginya harga saat ini hal tersebut mampu menutup modal usaha.

"Jika sebelumnya kami bisa memanen hingga 5 ton, sekarang ini hanya sekitar 2 ton, tapi uang hasil
penjualan lebih besar dari biasanya," ujar Sunardi.

Merosotnya jumlah panen petani garam, menurut Karyono,39, petani lainnya di Desa Tanggul Tlare, Jepara karena cuaca yang tidak bersahabat. "Cuaca panas yang cukup saat ini bisa tiba-tiba turun hujan hingga garam tidak dapat mengkristal sempurna, bahkan sebagian ladang garam mengalami
gagal panen," ujarnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara Wasiyanto mengatakan dari luas lahan garam di Jepara pada 2016 lalu diproyeksikan akan menghasilkan garam hingga mencapai 100 ribu ton. Namun kenyataan akibat cuaca yang kurang menguntungkan hanya menghasilkan sekitar 40 ribu ton.

Untuk kondisi saat ini, demikian Wasiyanto, Kabupaten Jepara masih dapat menghasailkan garam meskipun jumlahnya belum cukup besar, namun dengan penaikan harga garam yang terjadi saat ini petani garam diuntungkan karena hasail penjualan garam yang cukup besar. "Jika biasanya setiap tombong berisi sekitar 80 kilogram hanya laku Rp30 ribu- Rp40 ribu, kini laku Rp300.000 per tombong.

"Petani garam yang berhasil panen karena menerapkan media geoisolator yakni melapisi tambak garam dengan plastik," ujarnya dengan nada riang.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya