Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Dari Orang Yogya sampai Orang Bule

Sri Utami
10/2/2017 01:13
Dari Orang Yogya sampai Orang Bule
(DOK MI/ATET DWI)

BREY, 30, tidak bisa menyembunyikan wajah takutnya saat melintasi jalan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, kemarin siang. Warga negara asing yang bekerja sebagai penerjemah di Jakarta itu melihat kabel listrik menjuntai di depannya.

Tidak menunggu lama, ia langsung mengeluarkan telepon pintarnya dan mengabadikan kabel yang menjuntai di antara pejalan kaki itu. Ia pun membuka aplikasi Qlue yang dicetuskan pada 2014 oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Diunduhnya gambar tersebut ke aplikasi Qlue disertai tulisan, "Ini mengerikan." Perempuan kebangsaan Australia itu tak habis pikir dengan kabel yang dibiarkan menjuntai tanpa penanganan.

"Saya tidak habis pikir, kenapa kabel seperti ini dibiarkan tidak teratur seperti itu. Ini membahayakan," cetusnya.

Brey yang sudah tiga tahun tinggal di Jakarta itu sempat membandingkan dengan kondisi di negaranya. Baginya, pemandangan tersebut sangat tidak layak untuk kota yang mengklaim diri sebagai metropolitan seperti Jakarta.

"Bukankah Ibu Kota negara itu lebih banyak jumlah petugasnya? Harusnya ini sudah ditangani sejak lama," ujarnya.

Meski belum terlihat ada perubahan atas keluhannya itu, Brey mengaku sangat terbantu dengan aplikasi pengaduan melalu ponsel tersebut. Baginya, itu sebuah kemajuan invoasi pemerintah yang terbuka dengan keluhan masyarakat.

"Setidaknya ini solusi bagi masyarakat yang ingin mengadukan keluhannya. Setidaknya saya bisa menumpahkan kekesalan saya dengan kondisi kota yang seperti ini," tambahnya.

Tidak jauh berbeda dengan Brey, warga Slipi, Jakarta Barat, Sri Tarna, mengaku juga sering menggunakan aplikasi Qlue. Dia juga mengaku puas atas respons dari aduan yang pernah dibuatnya beberapa waktu lalu.

"Waktu itu saya laporkan tumpukan sampah yang ada di pinggir jalan dekat rumah. Sehari kemudian, sampah itu sudah tidak ada lagi," terangnya.

Menurutnya, aplikasi tersebut sangat membantunya untuk bisa menyampaikan keluhan seputar lingkungan di permukimannya. Lebih dari itu, Tarna juga merasa jadi bagian masyarakat yang ikut membuat perubahan menuju kualitas yang lebih baik mulai dari hal terkecil.

"Itu yang penting. Saya menjadi bagian dari perubahaan kota ini, walaupun KTP saya dari Yogyakarta," imbuhnya sambil tertawa. (Sri Utami/J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya