Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
LIMA plakat menyerupai bambu runcing dengan bendera Merah Putih di ujungnya berdiri tegak di tengah Jalan Ir H Juanda, Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Bambu-bambu bercat kuning tersebut baru saja dipasang komunitas pecinta seni dan budaya serta pedepokan silat yang ada di Bekasi Raya, Selasa (17/1).
Pendirian tugu tersebut merupakan salah satu simbol pengganti patung lele dan buah manggis yang pernah dibakar pada 2002.
Simbol bambu runcing dianggap Ketua Umum Paguyuban Pemangku Seni Budaya Bekasi (Pangsi) Drahim Sada lebih sesuai dengan simbol Kota Madya Bekasi.
Bambu runcing berukuran panjang 1,5 meter dengan diameter 30 cm berwarna kuning itu mengingatkan perjuangan para pahlawan bangsa untuk mengusir penjajah dari Bumi Pertiwi.
"Simbol bambu runcing paling pas untuk menggantikan simbol patung lele yang pernah ada di sini," ungkap Drahim di sela pemasangan tugu bambu runcing tersebut.
Patung lele dibangun sekitar 1995 oleh Bupati Bekasi Mochammad Djamhari.
Setelah berdiri selama tujuh tahun, warga Bekasi mulai terganggu.
Bupati sempat mengeluarkan surat pembongkaran patung pada 2001.
Namun, itu tak kunjung terlaksana.
Setahun kemudian, warga bertindak dengan membakarnya.
Pascaperistiwa pembakaran patung lele, pemerintah sama sekali tidak berinisiatif membuatkan kembali tugu di sana.
Pada musyawarah rencana pembangunan 2014, perwakilan pemuda Kota Bekasi mengusulkan bentuk baru dengan menyebutkan tugu bambu runcing.
Tugu bambu runcing diyakini merupakan representasi semangat warga Bekasi dalam membela negara dan tanah nenek moyang mereka.
Pemasangan tugu bambu runcing, cetus Drahim, dilakukan secara swadaya dengan melibatkan komunitas pecinta seni dan budaya serta pedepokan pencak silat Kota Bekasi.
Bentuk tugu terlebih dahulu disepakati antara persatuan pemuda dan aparatur pemerintah kota.
"Pemerintah mengapresiasi masukan dari pemuda dan berterima kasih karena telah berkontribusi dalam mempercantik Kota Bekasi," jelas pria yang juga dikenal sebagai jawara Kota Bekasi.
Soal pemilihan waktu, tugu bambu runcing sengaja dipasang pada 17 Januari lantaran mengandung unsur historis.
Pada 17 Januari 1950, jelas Drahim, Kota Bekasi menjadi tuan rumah rapat akbar yang diprakarsai pahlawan asal Bekasi, KH Noer Ali.
Dari rapat tersebut lahirlah beberapa tuntutan, antara lain pemisahan wilayah Kabupaten Jatinegara dari wilayah administratif DKI Jakarta.
Pada rapat itu, semangat untuk melahirkan NKRI juga mengemuka. (Gana Buana/J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved