Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
LAHIRNYA Kota Jakarta pada 22 Juni 1527 ternyata bukan hasil perjuangan lokal, melainkan kemenangan gabungan kekuatan dari berbagai daerah di Nusantara.
Sejarawan Islam, Sariat Arifia mengatakan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Jakarta seharusnya dirayakan sebagai simbol perjuangan bersama, bukan sekadar seremoni Ibu Kota.
“Jakarta lahir dari perjuangan koalisi. Tidak akan ada pembebasan Sunda Kelapa tanpa dukungan Demak, Cirebon, Jepara, Tuban, Gresik, dan tentu Pasai, tempat Fatahillah berasal,” kata Sariat melalui keterangannya, Jumat (4/7)
Peneliti yang telah lima tahun menelusuri jejak Fatahillah ini menilai narasi sejarah Jakarta selama ini terlalu menonjolkan peran lokal dan mengabaikan kontribusi daerah lain.
Padahal, perjuangan membebaskan Sunda Kelapa adalah rangkaian panjang yang dimulai dari agresi Portugis ke Pasai, hijrah Fatahillah ke tanah Jawa, hingga konsolidasi kekuatan untuk mengusir Portugis dari pesisir barat Jawa.
Karena itu, ia mengusulkan agar Museum Fatahillah dikembangkan menjadi Museum Perjuangan Jakarta Fatahillah, lengkap dengan koleksi dan narasi dari daerah-daerah yang ikut andil.
“Bukan hanya soal Fatahillah. Harus ada benda sejarah dari Demak, Cirebon, dan lainnya. Ini perjuangan lintas daerah. Dan Jakarta lahir dari situ,” ujarnya.
Berdasarkan catatan sejarah, Fatahillah yang lahir dan dibesarkan di Pasai, melakukan hijrah ke tanah Jawa untuk menggalang perlawanan yang berhasil mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa.
Setelah berhasil membebaskan Sunda Kelapa, dia mengganti nama kota ini menjadi Jacarta ( Ja-karta ) yang berarti 'Kota Kemenangan'.
Ada perdebatan pendapat posisi Fatahillah atau Faletehan pasca terusirnya Portugis dari Sunda Kelapa. Ada yang menyebut dia menjadi Adipati di Ja-karta, ada pula yang menyebut dia kembali ke Demak dan ada yang menyebutnya ke Cirebon, bahkan ada kisah dia memilih ke Banten.
"Cerita lengkap Fatahillah sudah kami dalami dan akan kami ungkapkan dalam buku yang kami siapkan. Bukan hanya kemana Fatahillah pasca-kemenangan di Sunda Kelapa, namun Dimana dia wafat dan dimakamkan, sudah kami kaji dan dalami secara cermat. Tunggu pubikasi hasil penelitian kami,” tukasnya.
Secara terpisah, anggota DPRD DKI Lukmanul Hakim mendukung gagasan tersebut. Menurutnya, sudah saatnya Pemerintah Provinsi DKI mengakui kontribusi daerah lain dalam sejarah Jakarta.
“Mengundang Jepara, Cirebon, Demak dalam peringatan HUT Jakarta itu keren. Itu bentuk penghargaan terhadap sejarah bersama,” kata Lukman.
Ia mendorong narasi sejarah Jakarta disampaikan secara lebih utuh agar masyarakat tidak hanya melihat 22 Juni sebagai peristiwa lokal, tetapi sebagai bagian dari perjuangan besar di masa lalu.
“Jakarta ini hasil perjuangan kolektif. HUT-nya pun seharusnya jadi milik bersama,” ujar politikus PAN itu. (Far/P-2)
PEMUDA Katolik kobarkan semangat tokoh yang berkontribusi besar dalam melahirkan perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia, Ignatius Joseph (IJ) Kasimo.
Tebusan Dosa berkisah tentang perjuangan seorang ibu bernama Wening (Happy Salma) mencari anaknya Nirmala (Keiko Ananta) yang hilang di sungai karena kecelakaan sepeda motor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved