Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KETUA Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas menyoroti rencana Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta yang kembali menggulirkan proyek pembaruan Intelligent Traffic Control System (ITCS). Menurutnya, perbaikan arus lalu lintas bisa dilakukan tanpa harus menggelontorkan anggaran miliaran rupiah untuk sistem baru.
“Sebetulnya, dengan pengaturan lalu lintas yang ada sekarang pun sudah bisa. Tidak perlu proyek baru. Yang harus dilakukan adalah semua lampu e-traffic light di Jakarta didedikasikan untuk angkutan umum, misalnya khusus bus TransJakarta,” kata Darmaningtyas saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (4/7).
Ia menyoroti fakta bahwa hingga kini, Bus TransJakarta justru kerap terhambat oleh kendaraan pribadi. Padahal, idealnya sistem pengaturan lalu lintas justru memberi prioritas pada kendaraan umum untuk melaju lebih lancar dan efisien.
“Sekarang malah Transjakarta sering dikalahkan oleh kendaraan yang mau belok kanan. Itu jelas kontraproduktif. Tidak usah mencari solusi baru dengan biaya miliaran, cukup optimalkan sistem yang sudah ada,” tegasnya.
Darmaningtyas menjelaskan bahwa prinsip dasar pengaturan lampu lalu lintas dinamis sebenarnya cukup sederhana, misal penggunaan durasi lampu hijau harus disesuaikan dengan kepadatan arus dari setiap arah pada jam-jam tertentu.
“Contohnya sore hari, dari arah utara—dari arah Pasar Minggu—biasanya lebih padat. Maka lampu hijau dari arah itu harus lebih lama. Sebaliknya pagi hari, arus ke arah Pancoran lebih ramai. Itu juga harus diberi lampu hijau lebih panjang,” jelasnya.
Terpisah, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Wahyu Dewanto mengingatkan bahwa modernisasi sistem lampu lalu lintas hanyalah satu bagian kecil dari solusi yang jauh lebih kompleks.
“ITCS ini bukan barang baru. Jakarta sejak lama pernah menerapkan sistem terpadu untuk pengaturan lampu lalu lintas, dan dulu pun tidak sepenuhnya efektif jika tidak didukung kebijakan transportasi yang menyeluruh,” ujar Wahyu saat dihubungi Jumat (4/7).
Ia menilai, pembaruan teknologi perlu dilakukan, tetapi ia mengingatkan Dishub agar tidak terjebak pada pendekatan teknokratik semata yang hanya fokus pada alat.
Jakarta membutuhkan upaya sistemik, termasuk penataan rute transportasi umum, pembatasan kendaraan pribadi, hingga pengawasan implementasi di lapangan.
“Perlu ada evaluasi menyeluruh, bukan sekadar memperbarui sistem. Kalau hanya bicara lampu lalu lintas, itu tidak menyentuh akar masalah. Sistem bisa canggih, tapi kalau perilaku pengguna jalan dan kebijakan angkutannya stagnan, hasilnya tetap macet,” kritik Wahyu.
Politikus Gerindra itu, mendorong Dishub juga lebih terbuka soal rencana detail penerapan ITCS yang baru, termasuk bagaimana pengaruhnya terhadap prioritas kendaraan umum dan integrasi dengan sistem pemantauan lalu lintas di lapangan.
“Saya harap Dishub tidak hanya fokus pada pembaruan perangkat, tapi juga harus jelas bagaimana sistem ini akan berdampak langsung terhadap kelancaran lalu lintas, khususnya angkutan umum. Dan ini harus bisa dimonitor secara real-time dari ruang kontrol utama,” tegasnya. (H-3)
Kualitas udara Jakarta tercatat berada pada urutan kedua sebagai kota paling berpolusi di Indonesia, setelah Tangerang Selatan, Banten dengan poin 191.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung berencana membongkar tiang monorel Jakarta Namun, tiang itu tak kunjung dibongkar
Sembilan Rukun Tetangga (RT) di Jakarta Barat dan Jakarta Utara masih terendam banjir hingga Rabu (9/7) pagi. Ketinggian air bervairasi, mulai 30 centimeter (cm) hingga satu meter.
Sebanyak 35 rukun tetangga (RT) di DKI Jakarta masih dilanda banjir hingga Selasa (8/7) pukul 05.00 WIB. Banjir Jakarta terjadi karena hujan yang intens dan pasang air laut maksimum sejak Senin.
Pendaftaran peserta telah dibuka sejak Kamis (5/6) dan akan berakhir pada Jumat (4/7). Lalu peserta hadir audisi offline pada Sabtu (5/7).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat hingga pukul 06.00 WIB, sebanyak 109 rukun tetangga (RT) di Jakarta masih baniir.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved