Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KEMAMPUAN beli warga DKI Jakarta kembali meningkat pada Agustus lalu. Ini disebabkan sejumlah komoditas barang yang sempat mengalami kenaikan harga pada Juli yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri mulai menurun. Hal ini ditandai dengan penurunan inflasi Ibu Kota sebesar 0,63% menjadi 0,01% dibanding bulan Juli (month-to-month/mtm).
Inflasi DKI Jakarta Agustus tercatat menurun sebesar 0,63% menjadi 0,01% dibanding dengan Juli. Pada Juli, inflasi Jakarta tercatat naik 0,12% dari 0,52% di Juni menjadi 0,64%. Penurunan inflasi Agustus disebabkan adanya penurunan harga pada komoditas transportasi dan pangan seiring berakhirnya aktivitas mudik dan liburan Hari Raya Idul Fitri pada Juli.
“Inflasi bulan Agustus ini cukup rendah terutama karena harga bahan-bahan makanan, seperti daging ayam dan sapi yang tadinya cukup tinggi kembali normal sehingga daya beli masyarakat Jakarta mengalami peningkatan,” ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Doni P Joewono.
Harga komoditas daging ayam ras dan daging sapi masing-masing mengalami penurunan sebesar 4,55% dan 0,81% pada bulan Agustus dibanding Juli. Begitu pula dengan komoditas bumbu-bumbuan, seperti bawang merah dan bawang putih yang masing-masing turun sebesar 5,61% dan 2,49% pada periode yang sama.
Selain itu, inflasi bulan Agustus juga disebabkan adanya deflasi pada komoditas kelompok harga yang ditentukan pemerintah, seperti moda angkutan antarkota dan udara. Keduanya masing-masing mengalami deflasi sebesar 11,84% dan 6,31%. Hal ini membawa kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 1,21%.
“Walaupun dari sisi pendidikan, rekreasi dan olahraga bulan Agustus mengalami inflasi sebesar 0,98% dan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata lima tahun sebelumnya 0,85% (month-to-month), kenaikan itu dapat tertahan karena penurunan harga komoditas sandang,” papar Doni.
Penurunan inflasi menjadi 0,01% ini lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi satu bulan pasca-Idul Fitri dalam lima tahun terakhir, yaitu 0,35% (month-to-month). Akibatnya sejak awal tahun (year-to-date) inflasi 2016 baru mencapai 1,42% atau lebih rendah dibanding rata-rata inflasi selama lima tahun sebesar 3,85% pada periode yang sama.
Kendati demikian, komoditas inflasi inti mengalami inflasi rendah. Pasalnya, biaya pendidikan SMP dan SMA, emas dan biaya kontrak/sewa rumah meningkat. Doni menambahkan beberapa penyebab inflasi ini sudah masuk program Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Pemerataan Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan pembangunan rumah susun secara massif dapat menekan inflasi lebih tinggi.
Pada bahan makanan sudah ada optimalisasi tiga Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pangan untuk menjaga pasokan. Bahkan ada rencana membuat grosir di pasar tradisional. Dengan demikian, kecenderungan bisa ditekan hingga inflasi sejak awal tahun di bawah inflasi nasional sebesar 2,79%.
Di sisi lain, menjelang musim hujan berkepanjangan yang disebabkan La-Nina masih harus diwaspadai. Dikhawatirkan ini dapat mengganggu pasokan pangan ke Jakarta.
“Musim hujan harus diwaspadai karena pasokan akan berkurang terutama beras, bawang merah dan cabai,” ujar Doni.
Sampai dengan akhir tahun diprediksi inflasi masih akan berada di kisaran 3,5%-4% dibanding tahun sebelumnya. (X-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved