Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Rasa Ingin Tahu Jangan Jadi Candu

Akmal Fauzi
22/7/2016 01:30
Rasa Ingin Tahu Jangan Jadi Candu
(AP Photo/Marcio Jose Sanchez)

FENOMENA gim daring yang berdampak negatif sudah dikeluarkan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dari situs Sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id yang dikelola Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat, disebutkan ada 15 gim yang dilarang dimainkan anak-anak. Gim itu dianggap berbahaya karena sarat kekerasan dan porno aksi. Ke-15 gim kekerasan itu ialah World of Warcraft, Call of Duty, Point Blank (PB), Cross Fire, War Rock, Counter Strike, Mortal Combat, Future Cop, Carmageddon, Shelshock, Raising Force, Atlantica, Conflict Vietnam, Bully, dan Grand Theft Auto.

'Penelitian Iowa State University US menunjukkan bermain gim yang mengandung kekerasan selama 20 menit dapat 'mematikan rasa'. Anak akan mudah melakukan kekerasan dan kehilangan empati kepada orang lain', tulis laman itu. Soal itu, bagi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, sudah jelas. Ada penelitian yang menyebutkan anak yang terbiasa main gim yang sesuai dengan umur dapat mengambil keputusan dengan cepat dan berani. Mereka berlatih dari gim itu.

"Jadi, bermain gim harus sesuai usia. Jika anak-anak bermain gim dewasa, pasti berdampak negatif. Orangtua perlu tahu dan peduli bahwa ada sistem rating yang memberi peringatan pembelinya tentang kecocokan konten untuk dimainkan anak usia tertentu sehingga anak-anak terhindar dari dampak buruknya," imbau Anies saat dihubungi, kemarin.

Penasaran
Belakangan ini, perhatian masyarakat tertuju pada gim daring Pokemon Go. Umumnya, penyebab pemain kecanduan Pokemon Go ialah keingintahuan, seperti Ania, 28. Kini dia pemain Pokemon Go yang cukup bersemangat. Padahal, dia bukan penggemar Pokemon ketika ia di sekolah dasar dahulu. "Penasaran dan ingin tahu awalnya. Semua orang ngomongin Pokemon Go. Saat dicoba jadi keterusan," ujar pegawai swasta yang berkantor di Cawang, Jakarta Timur, itu, Kamis (21/7). Hal serupa dialami Praseno, pemain gim lainnya. Sebelum mulai bermain Pokemon Go, ia sempat menelusuri gim itu di situs mesin pencari. Setelah tertarik, ia mulai mengunduh gim itu di ponsel pintar miliknya.

"Enggak cuma Pokemon Go, gim lainnya yang biasa saya mainkan juga cari-cari dulu di internet, browsing cari artikel tentang gim itu," katanya. Praseno mengaku sering menghabiskan waktu untuk bermain gim. Biasanya, jenis gim yang kerap dimainkannya ialah online leveling. Selain Pokemon Go, ia juga bermain gim Clash of Clans (COC) dan Call of Duty. "Lebih ke gim yang petualangan yang ada tingkatan levelnya sebab lebih ada tantangannya," kilahnya. Ia menjelaskan, saat awal-awal bermain gim yang baru didapatnya, ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Hal itu disebabkan rasa penasaran yang tinggi. "Sekarang, main seadanya waktu. Kadang 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan seterusnya," ujarnya terkekeh. Nasib serupa dialami Alfiyaturrohmah, 27. Ia mulai kecanduan Pokemon Go sejak pertama memainkannya.
Bahkan, permainan ini membuat gadis yang bekerja sebagai karyawan salah satu perusahaan swasta tersebut untuk memanfaatkan waktu kencannya sambil mencari monster Pokemon.

Perlu kontrol
Psikolog Devie Rahmawati menilai bermain gim itu dibolehkan karena memang menjadi peralihan ketika suntuk dalam rutinitas. Namun, sejak awal para pemain dan keluarga atau orang terdekat harus mulai waspada untuk mencegah kecanduan. "Ketika keinginan bermain gim tak lagi dibendung hingga mengurangi produktivitas dan interaksi dengan orang sekitar, itu sudah membahayakan. Orang terdekat harus mengingatkan," ujar jebolan UI itu, di Jakarta, Rabu (20/7). Ada dua indikator seseorang kecanduan permainan, jelas Devie, yakni tak peduli dengan kesehatan dirinya dan mulai mengurangi aktivitas bekerja.

Jika hal ini sudah terjadi, diharapkan keluarga mulai menerapkan diet gadget kepada anggota keluarga yang terkena kecanduan gim, yaitu membatasi kadar penggunaan gadget dalam satu hari. Hal itu perlu dilakukan agar sedikit demi sedikit waktu bersentuhan dengan gim dapat dikurangi. Jika kondisi kecanduan telah parah, Devie menyarankan keluarga tidak segan untuk 'mendetoksifikasi' gadget, yaitu membersihkan seluruh gadget dari aplikasi permainan dan juga membatasi total penggunaan gadget hanya untuk berkomunikasi. (Gan/Beo/Put/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya