Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
BADAN Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Banten memberikan catatan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang soal rumah sakit yang diduga belanja vaksin palsu. Beberapa rumah sakit tersebut ialah Rumah Sakit Mutiara Bunda, Rumah Sakit Bhakti Asih, Rumah Sakit Pratiwi, Klinik Bersalin Melati, dan Klinik Diana.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Roostiwi, pihaknya sudah mendapatkan laporan dari BPOM Provinsi Banten ada lima rumah sakit yang diduga membeli vaksin dari distributor tidak resmi. Karenanya, kata Roostiwi, pihaknya langsung melakukan tindak lanjut terkait laporan tersebut dengan cara mengecek kebenarannya.
"Tim kami sudah turun langsung ke bawah. Namun dari lima rumah sakit yang diduga menggunakan vaksin palsu tersebut hanya RSIA Mutiara Bunda," kata Roostiwi.
Sementara itu, perwakilan pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda di Jalan H Mencong, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, Banten, yang diduga menggunakan vaksin palsu jenis DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus), Toniman, tidak menampik hal tersebut. Namun, ia mengaku pihak rumah sakit belum sempat menggunakan vaksin itu karena sudah ditarik terlebih dahulu oleh BPOM.
"Kita hanya kedapatan vaksin yang diduga palsu, tapi belum dipakai, BPOM sudah datang mengambil vaksin itu untuk diuji. Vaksin itu ada di kita sejak tiga bulan yang lalu," kata Toniman, Dokter Spesialis Anak RSIA Mutiara Bunda.
Lebih jauh, ia mengatakan, vaksin tersebut dibeli dari sales langganannya, karena stok vaksin DPT yang tidak menyebabkan panas pada anak dari pabrikan sedang kosong sejak awal 2016. Kemudian orang tersebut datang ke rumah sakit menawarkan vaksin pada 23 April lalu.
" Kita sering pesan dari dia sejak 2014, tapi biasanya kita pesan vaksin Biofarma. Namun, untuk yang DPT dari awal tahun ini kosong, nggak tahu mungkin barangnya dari luar negeri tidak produksi. Akhirnya ditawari vaksin dari dia, harganya lebih murah. Kita beli 130 ampul, per ampulnya seharga Rp200 ribu," katanya.
Dan mengenai vaksin itu sendiri Toniman mengaku tidak yakin apakah palsu atau tidak. "Hingga kini kami belum yakin apakah vaksjn itu palsu atau tidak," kata dia.
Untuk itu, katanya, pihaknya masih menunggu langkah selanjutnya dari Kementerian Kesehatan yang akan melakukan vaksin ulang. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved