Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Penelusuran terhadap Pasien Terkena Vaksin Palsu Dianggap Sulit

Gana Buana
14/7/2016 21:59
Penelusuran terhadap Pasien Terkena Vaksin Palsu Dianggap Sulit
(Antara Foto/Darren Whiteside)

SEKRETARIS Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tetty Manurung, mengakui pihaknya sulit menelusuri seluruh pasien yang pernah melakukan vaksin di rumah sakit (RS) tersebut. Sebab, hal itu akan membutuhkan waktu panjang serta biaya besar.

"Kami khawatir data tersebut sudah tidak ada di RS yang bersangkutan, tapi kami akan menelusuri sejak kapan dan bagaimana kondisi stok vaksin di RS itu, apakah ada yang mencurigakan atau tidak," ungkap Tetty, Kamis (14/7).

Ia menambahkan, hal mencurigakan tersebut misalnya tiba-tiba stok vaksin yang habis, tetapi stoknya kembali banyak. Hal itu menimbulkan kecurigaan, karena vaksin sebetulnya tidak boleh kosong mengingat banyak anak yang membutuhkannya.

Menurut Tetty, ada empat jenis vaksin yang dipalsukan oleh pasangan suami istri, Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina, yang sudah dijadikan tersangka oleh kepolisian. Empat vaksin itu ialah antitetanus serum (ATS), antidifteri serum (ADS) dan antibisa ular (ABU), serta purified protein derivative (PPD).

Keempat vaksin itu rentan dipalsukan lantaran harganya cukup mahal. Selain itu, keempat vaksin itu bukan vaksin dasar yang selama ini gratis dari pemerintah. Tersangka pun menjual vaksin itu jauh lebih murah sekitar Rp300.000 sampai Rp400.000 daripada harga normal.

Misalnya, lanjut Tetty, vaksin ATS, kalau dijual seharga Rp115.000 per kemasan, ADS Rp868.000 per kemasan, dan ABU Rp430.000 per kemasan. Harga itu belum termasuk PPN (pajak pertambahan nilai) dan ongkos distribusi.

"Di luar itu, tidak dipalsukan oleh tersangka. Sebab, vaksin-vaksin dasar seperti polio, BCG, hepatitis, dan sebagainya gratis dari pemerintah," tambahnya.

Meski demikian, Tetty mengklaim 34 puskesmas dan 33 RS swasta lainnya terbebas dari vaksin palsu. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu panik dalam menyikapi peredaran vaksin palsu di wilayah setempat.

Namun, bila ada warga yang ragu dengan vaksin yang pernah diberikan ke anaknya, Tetty mengimbau agar orangtua melakukan vaksinasi ulang. Terlebih, warga pun tidak perlu lagi khawatir dengan vaksin yang sebelumnya pernah digunakan oleh sang anak.

Sementara itu, Elisa petugas resepsionis RS Hosana Medica mengaku, pihak manajemen belum bisa memberikan keterangan dengan alasan sudah tidak ada di kantornya. Namun, dia berjanji bila manajemen rumah sakit siap, mereka akan memaparkannya ke media.

"Saya sudah tanya ke pihak manajemen, karena sekarang sudah malam dan karyawan juga sudah pulang," ujarnya singkat. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya