PAM Jaya terus menggenjot penyediaan air bersih di permukiman warga yang belum terjangkau pipanisasi melalui penyediaan Kios Air. Penyediaan Kios Air dipilih karena prosesnya lebih cepat sembari menunggu pembangunan pipa ke seluruh wilayah DKI. Saat ini cakupan layanan pipa air bersih baru mencapai 65%.
"Kita akan terus bangun sampai itu semua terlayani semuanya. Nanti kemudian kita analisa dan selesaikan, karena air tidak bisa ditunggu," kata Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasruddin dalam peresmian Kios Air di Muara Angke, Jakarta Utara, Selasa (8/11).
Saat ini sudah terdapat kurang lebih ada 100 titik Kios Air terutama di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Sebab, dua wilayah tersebut yang paling banyak areanya belum tercakup pipa air bersih.
Baca juga: Kontrak Swastanisasi Air Selesai Tahun Depan, PAM Jaya Siapkan Langkah Strategis
Untuk tarif pembelian air bersih satu dirigen Rp5 ribu atau setara 20 liter. Jika warga ingin air diantar, akan dikenakan tarif Rp1.200 per pengantaran.
Di sisi lain, pihaknya menargetkan seluruh wilayah Jakarta tercakup layanan air bersih pada 2030. Beberapa langkah sudah dilakukan secara bertahap untuk mencapai target tersebut.
"Insyaallah kalau itu memang bisa staging ke air minum. Jadi dari air bersih ke air minum. Jadi ini sosialisasi tentang penambahan pipa. Kemudian revitalisasi pipa yang lama ini kita perlukan supaya kemudian air dari pipa itu sudah siap minum. Karena sampai ke masyarakat itu pipa kita masih ada yang masih bocor ada yang kemudian pipanya belum pakai food grade di perumahan itu yang nanti kita sosialisaikan, supaya mereka tahu bahwa air kita berkualitas untuk diminum. Tapi minimal air bersihnya bisa kita sampaikan dulu ke masyarakat," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, anggota DPRD DKI Jakarta Pandapotan Sinaga menyambut baik penyediaan Kios Air ini. Menurut dia, ini salah satu langkah cepat dan tepat untuk menyediakan air bersih kepada warga.
Di sisi lain, ia mendorong agar PAM Jaya segera menyelesaikan cakupan layanan air bersih hingga 100%. Hal tersebut agar tidak ada lagi warga yang menggunakan air tanah karena dapat berisiko pada penurunan permukaan tanah atau land subsident.
Penurunan muka tanah ini juga berdampak pada tenggelamnya Jakarta yang diperkirakan oleh para ahli terjadi pada 30 tahun yang akan datang apabila tidak dicegah.
"Kita mulai melarang sosialisasi supaya jangan menggunakan air minum dari tanah krna tanah usdha keropos. Ini kami mendukung penuh PAM untuk pembangunan pipa yang sudah direncamakan dari lama," tukasnya. (OL-1)