Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

DKI Investigasi Peristiwa Tanah Longsor di Jagakarsa

Putri Anisa Yuliani
12/10/2020 15:50
DKI Investigasi Peristiwa Tanah Longsor di Jagakarsa
Petugas bersama relawan membenahi rumah warga yang rusak akibat tanah longsor di kawasan Ciganjur, Jakarta, Minggu (11/10).(ANTARA/RENO ESNIR )

Pemprov DKI Jakarta saat ini tengah mengivestigasi kejadian tanah longsor yang terjadi di Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Sabtu (10/10) malam lalu.

Wali Kota Jakara Selatan Marullah Mataliti mengatakan, instruksi untuk menginvestigasi itu langsung datang dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Saat ini Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan sedang melakukan investigasi. Perintahnya langsung dari Pak Gubernur, mengenai segi hukumnya dan fakta di lapangannya," kata Marullah saat dihubungi Media Indonesia, Senin (12/10).

Baca juga: DKI Tracing Pakai NIK, Dirjen Dukcapil: Data Aman

Menurutnya, investigasi ini akan berproses cukup panjang dan memerlukan waktu yang tidak sebentar karena banyak pihak yang harus dimintai keterangan termasuk pengembang.

Di sisi lain, saat ini Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan sedang berupaya melakukan pembersihan sisa-sisa longsoran dan membantu memperlancar aliran kali yang sebelumnya tertutup material longsoran.

"Untuk saat ini Sudin SDA fokus membersihkan longsoran agar banjir tidak terjadi," ujarnya.

Sebelumnya, pada Sabtu (10/10) malam, pagar dinding pembatas perumahan Melati Recidence yang terletak di Jalan Damai, Kelurahan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan itu longsor. 

Longsoran bangunan dinding pagar menutup badan kali dan merusak rumah warga yang letaknya lebih rendah. Akibat material longsor yang menutup badan kali, aliran kali terbendung dan limpasan air membanjiri kawasan permukiman lain.

Ratusan rumah terendam banjir. Di sisi lain, akibat longsor itu, seorang warga yang tertimpa longsor meninggal dunia dan dua orang warga lainnya luka-luka. Diduga longsor terjadi akibat dinding pagar yang mengokupansi badan kali tidak dibangun dengan kokoh.(put)

Antisipasi Banjir, Dinas SDA Optimalkan Pompa dan Pengerukan Lumpur di Kali, Sungai, dan Waduk

Pemprov DKI Jakarta terus bersiap untuk menghadapi musim penghujan yang menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan berlangsung mulai akhir Oktober. Melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, berbagai upaya dilakukan untuk mengantisipasi banjir di Ibu Kota.

Kepala Dinas SDA Provinsi DKI Jakarta Juaini Yusuf menyampaikan saat ini pihaknya memiliki 3 jenis pompa untuk pengendalian banjir, yaitu Pompa Stasioner, Pompa Mobile, dan Pompa Apung.

Untuk Pompa Stasioner, saat ini Dinas SDA memiliki 487 unit pompa stasioner yang tersebar di 178 lokasi. Lokasi Pompa Stasioner tersebut umumnya berada di dekat sungai, waduk, maupun pintu air. Ketika tinggi muka air meningkat, Pompa ini akan bekerja langsung untuk memompa air menuju sistem drainase yang lebih besar. Menurut Juaini, kondisi Pompa Stasioner 90% dalam keadaan baik. 

"Sisanya masih dalam perbaikan. Untuk pompa yang kondisinya baik pun secara rutin kami lakukan pengecekan agar pompa dapat bekerja secara optimal pada saat musim hujan," jelas Juaini dalam keterangan resminya, Senin (12/10).

Selain pompa statisioner, Juaini mengungkapkan tahun ini pihaknya juga telah menyiapkan penambahan sekitar 10 unit pompa mobile. 

"Saat ini kami telah mempunyai 160 unit pompa mobile dengan kapasitas hingga 400 liter per detik. Jumlah tersebut akan bertambah sekitar 10 unit. Pompa mobile tersebut diprioritaskan untuk lokasi seperti Kali Betik, Muara Angke dan Teluk Gong, serta lokasi rawan genangan lainnya," lanjut Juaini.

Kemudian yang terbaru, Dinas SDA saat ini memiliki 65 unit Pompa Apung yang telah disebar ke lima wilayah DKI Jakarta. Di mana masing-masing wilayah mendapatkan 13 Pompa Apung. Pompa Apung memiliki bentuk yang simpel sehingga praktis digunakan untuk menyedot air di permukaan yang tidak dapat dilalui Pompa Mobile. 

"Meski ukurannya lebih kecil dan bentuknya lebih sederhana, daya sedot Pompa Apung cukup besar, yakni mencapai 50 liter per detik. Kami berharap Pompa Apung ini dspat semakin memaksimalkan penanganan banjir di seluruh wilayah DKI Jakarta," terang Juaini.

Sementara itu, pengerukan secara masif juga masih terus dilakukan di sungai/waduk/embung/situ yang ada di DKI Jakarta melalui program Gerebek Lumpur. Tak hanya mengerahkan alat berat, pembersihan lumpur dan sampah juga dilakukan di saluran-saluran mikro secara manual oleh Satgas Dinas SDA. Kolaborasi dengan kelurahan untuk menggerakkan warga juga dilakukan untuk meningkatkan kepedulian warga terkait kebersihan saluran di sekitar tempat tinggalnya.

Gerebek Lumpur sendiri secara masif telah dilakukan di dua lokasi dengan mengerahkan hingga 3 kali lipat alat berat. Pada tahap pertama telah dilaksanakan di Waduk Ria Rio, Jakarta Timur pada 21 September 2020 lalu dengan menggunakan 15 unit excavator. Selanjutnya tahap kedua telah dilakukan di Kali Baru Barat segmen Jl. Dr. Saharjo, Setiabudi, Jakarta Selatan pada 30 September 2020. Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta Ahmad Riza Patria turut meninjau langsung kegiatan Gerebek Lumpur tahap kedua tersebut.

"Ini merupakan program berkelanjutan yang telah dilakukan sejak Maret 2020 dan akan berakhir pada Desember 2020. Program Gerebek Lumpur ini bertujuan untuk memaksimalkan daya tampung saluran dan kali, sehingga diharapkan dapat mencegah luapan air dari kali dan saluran ke permukiman warga," jelas Juaini.  (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya