Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENURUNAN tanah menjadi isu krusial yang menghantui pengerjaan proyek pembangunan MRT Fase II rute Bundaran HI-Kota-Ancol Barat.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim, mengungkapkan masalah itu rawan terjadi di sepanjang jalur pembangunan MRT Fase II. Seperti, dari Jalan MH Thamrin, Jalan Gajah Mada, hingga ke Ancol Barat. Penurunan tanah disebabkan intrusi air laut yang sudah cukup parah.
Baca juga: Penumpang MRT Jakarta Naik 4 Kali Lipat Jadi 16 Ribu Lebih
"Kita tahu tanah semakin ke utara itu akan semakin lunak. Tidak hanya di utara, kita juga waspadai dari Jalan MH Thamrin di mana ada stasiun terpanjang di sini, yakni Stasiun Thamrin, yang mengakomodir interchange untuk rute timur-barat," papar Silvia kepada pewarta, Rabu (22/7).
Sebagai solusi, lanjut dia, perusahaan bekerja sangat hati-hati dalam memulai pembangunan infrastruktur. Pihaknya turut menggandeng konsultan dan ahli geologi untuk menilai tingkat kelunakan tanah.
"Kita gali, cek, gali, cek, gali cek. Selain untuk melihat kelunakan tanah, juga untuk melihat apakah ada cagar budaya. Karena kita akan bersinggungan dengan kawasan bersejarah di sekitar Harmoni sampai Kota Tua," jelas Silvi.
Baca juga: Pembangunan MRT Fase II Dimulai di Taman Monas
Pihaknya juga terus mengevaluasi pembangunan proyek setiap semester. Tujuannya, melihat potensi penurunan tanah di sekitar lokasi proyek. Penelitian juga akan dilakukan untuk mencermati penyebab penurunan tanah.
"Supaya lebih pasti, kita lihat apakah ini memang faktor alamiah atau faktor dari gedung sekitar juga. Lalu dari evaluasi, nanti bisa ambil keputusan jika terjadi sesuatu. Supaya kita cepat respons," pungkasnya.(OL-11)
Penanggulangan penurunan tanah menjadi pembahasan yang tengah dilakukan oleh pemprov DKI dalam tiga tahun ke depan hingga 2021.
William menjelaskan Pemprov harus segera lakukan pipanisasi air bersih ke seluruh pelosok Jakarta tanpa terkecuali agar masyarakat tidak mengambil air tanah.
Gubernur DKI Jakarta menilai pengurangan tersebut menandakan aktivitas pengambilan air tanah di wilayah Ibu Kota mulai berkurang.
Seiring penurunan permukaan tanah di Jakarta, air sungai tidak bisa mengalir dengan normal ke laut. Apalagi, wilayah pesisir dan tengah Jakarta alami penurunan.
Pihaknya kini berupaya untuk meningkatkan distribusi air bersih melalui PAM Jaya agar mengurangi penggunaan air tanah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved