Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
DI tengah musibah banjir yang melanda, rasa gembira tak dapat disembunyikan dari wajah belasan anak di posko pengungsian lantai 2, Kantor Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan. Mereka dengan asyik duduk di atas karpet hijau sambil mendengarkan celotehan dari Iwan Manga dan Ngux.
Tawa riang belasan anak-anak itu terdengar setiap Ngux melontarkan lelucon naifnya. Ngux yang merupakan boneka alien kera, selalu melekat dipelukan Iwan yang notabene adalah dalangnya. Keduanya menghibur anak-anak korban banjir dengan bernyanyi, bermain tebak-tebakan, dan mendongeng kisah Si Kancil.
Anak-anak tersebut mungkin tak mengetahui kalau suara Ngux adalah juga berasal dari Iwan. Sama halnya seperti mereka tidak mengetahui bahwa hiburan yang disuguhkan sang ventriloquis itu sekaligus melupakan sejenak beban yang diemban akibat banjir.
"Anak-anak ini kan perlu trauma healing, perlu pemulihan psikologisnya. Mungkin ada yang hanyut mainannya, rumahnya sudah tenggelam, mungkin mereka sedih. Nah kesedihan ini harus ditutup dengan motivasi, supaya anak-anak Indonesia tetep semangat," kata Iwan kepada Media Indonesia di lokasi, Sabtu (4/1).
Tak hanya menghibur, aksi Iwan dan Ngux pun dipenuhi oleh pesan-pesan yang sarat akan makna. Usai mendongeng, anak-anak diminta untuk memetik pelajaran dari kisah Si Kancil yang mencuri ketimun milik Pak Tani.
"Berani berbuat berarti harus berani bertanggung ja?" tanya Iwan menggantung.
"Wab," jawab anak-anak dengan kompak.
Iwan dan Ngux juga memberikan edukasi kepada anak-anak agar tidak bermain air saat banjir. Selain kotor, air banjir yang penuh bakteri juga dapat menyebabkan sakit perut. Oleh sebab itu, mereka meminta anak-anak untuk selalu mencuci tangan maupun kaki dengan sabun saat terkena banjir. "Nggak boleh main air karena kotor, apalagi kalau diminum," kata Ngux berseloroh.
Sekertaris Jendral Persatuan Seniman Komedi (Paski) Jakarta, Ganang Pricahyono yang menginisiasi kegiatan tersebut berharap anak-anak mampu melupakan kesedihannya sesaat.
"Kita ciptakan kebahagiaan supaya mereka tetap semangat dalam menghadapi bencana ini," ujar Ganang.
Jumlah pengungsi di posko itu sendiri sebenarnya sudah jauh berkurang. Menurut Lurah Bukit Duri, Achmad Syarief, saat pertama dibuka sebagai tempat pengungsian, kantornya menjadi rumah sementara untuk 275 orang yang terdiri dari 73 kepala keluarga. Mereka berasal dari RW 10 dan 11 yang rumahnya dilanda banjir setinggi dua hingga dua setengah meter.
"Kalau sekarang di siang hari yang di posko itu jumlahnya nggak sampai 50 orang, tapi kalau malam di atas 100," ungkap Achmad. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved