Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
TENDER pembangunan Stadion BMW atau Jakarta International Stadium (JIS) dianggap bermasalah. Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP Gembong Warsono pun minta agar tender diulang.
Kejanggalan tender menurut Gembong dapat dilihat dari adanya jarak nilai harga penawaran yang sangat jauh antara konsorsium pemenang yakni Wika Gedung dan peserta lain yakni Adhi Karya.
Wika Gedung memberi penawaran harga Rp4,08 triliun. Sementara Adhi Karya yang sebelumnya sukses merenovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno untuk Asian Games 2018 menawar dengan nilai Rp3,8 triliun. Pagu anggaran proyek stadion yang ditetapkan adalah Rp4,5 triliun.
Menurut Gembong dalam proses tender, pihak dengan harga tawar lebih murah memiliki nilai plus. Terlebih Adhi Karya memiliki pengalaman membangun stadion berkualitas internasional.
Baca juga: Konsorsium BUMN Garap Stadion BMW
"Ya Fraksi PDIP minta untuk dilakukan tender ulang. Tapi jangan justru ini menghambat pekerjaan. Tetap percepatan kita butuhkan, tapi nggak boleh nabrak aturan," kata Gembong di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (11/9).
PT Jakarta Propertindo selalu pihak yang diserahi wewenang pembangunan oleh Pemprov DKI beralasan memilih Wika Gedung karena alasan teknis. Gembong pun menyebut hal itu subyektif. Dengan segudang pengalaman Adhi Karya serta nilai penawaran yang rendah tentu seharusnya Adhi Karya yang memenangi tender tersebut.
Kejanggalan lain yang diendus PDIP antara lain juga karena Wika Gedung mencolong 'start' dengan melakukan pembangunan sebelum pemenang tender diumumkan.
"Kalau saya lihatnya begini, ada jarak harga yang begitu jauh. Walaupun jarak itu dijelaskan soal teknis, tapi teknis masa sampai ratusan miliar? Rasanya juga nggak masuk akal. Kedua, kita liat kayaknya ini orang (Wika Gedung) udah kerja duluan, baru lelang dilakukan," tegasnya.
Gembong pun sudah memperkirakan ada masalah dalam pembangunan proyek sebesar Stadion JIS. Untuk itulah pihaknya tidak menyetujui ketika proyek itu ditangani oleh BUMD.
Selain karena tidak bisa terjun langsung dalam pengawasan, anggaran yang tersisa menjadi kas BUMD dan tidak dikembalikan kepada pemda.
"Tangan kita nggak sampai ke sana. Kalau ada masalah di SKPD kita bisa minta stop. Tapi kalau ke BUMD nggak. Lalu itu anggaran sisa banyak tidak bisa jadi silpa (sisa lebih pembiayaan APBD)," tandasnya.
Dalam kesempatan terpisah, anggota Fraksi Partai Gerindra di DPRD DKI Jakarta Syarif menyebut tidak mengetahui detil persoalan tender itu. Namun, ia menegaskan pihak yang melelang harus mendengarkan keluhan dari para peserta lelang.
"Apapun protesnya, sanggahannya harus didengarkan bareng-bareng. Sanggahan itu harus dibuka dan dibedah bersama," tegasnya.
Proyek Stadion JIS di Sunter Jakarta Utara baru diresmikan pembangunannya oleh Pemprov DKI pada 14 Maret lalu ditargetkan selesai pada 2021. Stadion dengan kapasitas 82 ribu penonton ini akan menjadi stadion berstandar FIFA pertama di Indonesia.
Agustus lalu, PT Jakpro yang diserahi proyek pembangunan oleh Pemprov DKI mengumumkan pemenang tender yakni konsorsium Wika Gedung. Wika Gedung akan menjadi pemimpin proyek stadion dan mengerjakannya bersama PP dan Jaya Konstruksi. (Put/A-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved