Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
LIBUR Idul Fitri banyak dimanfaatkan warga untuk mengunjungi tempat hiburan keluarga. Salah satunya tempat hiburan yang dikunjungi warga adalah tempat pemakman umum (TPU) Pondok Ranggon.
TPU terbesar di DKI Jakarta dan letak lokasinya berbatasan langsung dengan RT 002, RT 003 RW 06 Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok ini sejak hari pertama Idul Fitri ramai dikunjungi keluarga.
Baca juga: 80 Personel Pasukan Oranye Bersihkan Sampah di Istiqlal
Dadi, 56, salah seorang pengunjung ke TPU Pondok Ranggon mengatakan daya tarik TPU Pondok Ranggon karena tamannya yang ditata cukup teratur.
“Pemandangan di TPU Pondok Ranggon cukup elok. Kursi meja disiapkan untuk pengunjung. Kalau misalnya haus dan lapar juga tersedia di TPU,“ ujar warga RT 002 RW06 Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis itu kepada Media Indonesia, Rabu (5/6).
Menurut dia, berkunjung ke TPU Pondok Ranggon tidak rugi karena pengunjung tidak dipungut biaya. “Yang dikeluarkan hanya ongkos angkutan umum, “ kata Dadi.
Pengunjung lainnya Lienda, 22, warga Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis itu mengatakan kedatangannya ke TPU Pondok Ranggon untuk melihat pohon-pohon yang hijau. Ia mengatakan bahwa dirinya ingin sekali melihat dari dekat monumen peristiwa 15 Mei 1998.
Sebuah monumen berkelir hitam nampak berdiri kokoh di tengah hamparan batu nisan yang ada di TPU Pondok Ranggon. Monumen tersebut menggambarkan sebuah tangan yang tertutupi oleh kain kelambu yang menjuntai hingga bawah.
Pada bagian kanan atas kain kelambu tersebut, nampak bekas jahitan benang berwarna merah berikut jarum yang masih tertancap. Dibagian bawah monumen tersebut tertulis sebuah tulisan yang digoreskan menggunakan tinta berwarna emas.
Dalam tulisan tersebut tertuang penjelasan mengenai tragedi kerusuhan Mei 1998. “Ada makna tersendiri dibalik uniknya bentuk Monumen Mei 1998 ini, jarum dan benang yang terlihat pada monumen ini merupakan simbol bahwa Indonesia sedang menjahit luka dari tragedi kelam masa lalu,“ ucapnya.
Lienda mengakui di TPU Pondok Ranggon tidak ada anggota keluarganya yang meninggal. Selama ini, banyak orang menganggap bahwa pemakaman angker dan cukup menakutkan.
“Ternyata rekreasi ke TPU cukup menyejukkan hati saya, “ seraya berjanji akan datang ke TPU Pondok Ranggon lagi dengan mengajak rekan-rekannya.
TPU yang berdiri tahun 1.985 itu memang tidak menakutkan lagi karena ditata sedemikian antik. Para wisatawan lokal tanpak asik bercengkerama dengan sanak keluarga.
Kepala TPU Pondok Ranggon, Marton Sinaga, menungkapkan belakangan ini banyak masyarakat dari DKI dan sekitarnya berdatangan ke TPU untuk rekreasi.
“Hampir setiap Lebaran, Natal, Tahun baru setiap tahun dikunjungi masyarakat karena nuansanya sudah berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, “ ucapnya.
Baca juga: Hari Raya Idul Fitri, Cuaca Ibu Kota Diprediksi Bersahabat
Warga yang datang ke lokasi ini rata-rata rombongan yang menggunakan mobil, dan sepeda motor. Akibatnya sejumlah ruas jalan yang menuju ke TPU itu macet total. Sebagian dari mereka tak segan-segan turun dari kendaraan dan rela berjalan kaki untuk menuju lokasi.
Kemacetan itu mulai terlihat dari Jalan Munjul di sekitar pertigaan Sengon. Dari lokasi ini, kenderaan mulai padat dan sebagian penumpang kendaraan roda empat yang tak sabar lalu turun dan berjalan kaki. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved