Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
YAYASAN Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyarankan konsumen perempuan jangan menggunakan taksi daring saat sendirian karena berisiko tinggi. Pasalnya, hingga saat ini belum ada jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan bagi penumpang taksi daring.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menyampaikan hal itu menanggapi terulangnya kembali perampokan oleh pengemudi taksi daring pada Jumat (15/3).
"Kejadian semacam ini sudah berulang kali. Sudah beberapa kali, bahkan ada yang sampai berujung pembunuhan. Ini bukti bahwa sama sekali tidak ada jaminan bahwa taksi online (daring) lebih aman, selamat, dan nyaman bagi penumpangnya," kata Tulus, kemarin.
Penegasan tersebut terkait dengan perampokan terhadap penumpang perempuan oleh pelaku berinisial NZ bermodus pengemudi taksi daring. Perampok itu ditangkap pada Sabtu (16/3) dini hari oleh satuan Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya di rest area Km 39 Tol Jakarta-Cikampek.
"Pelaku NZ, 25, ditangkap setelah sebelumnya harus dilakukan tindakan tegas dan terukur pada kaki tersangka di rest area Km 39 Tol Jakarta-Cikampek," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.
Karena itu, kata Tulus, risikonya sangat tinggi bagi penumpang taksi daring, terutama perempuan, karena tiadanya jaminan keselamatan itu.
Baca Juga: Aturan Baru Taksi Daring Ditunggu
Sebagai solusi jangka pen-dek dan menengah, sambungnya, negara melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) segera membuat regulasi yang tegas guna menjaga kepentingan konsumen dan mitra pengemudi.
"Ini harus ada intervensi yang tegas dari Kemenhub, misalnya taksi daring harus menggunakan tanda khusus/stiker untuk badan kendaraan," kata Tulus.
Minim pembinaan
Di kesempatan berbeda, pengamat dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, menilai pengemudi taksi daring selama ini minim pembinaan dan pengawasan. Akibatnya, pada praktiknya mengancam keselamatan dan kenyamanan penumpang.
"Pengemudi taksi daring itu minim binaan dan pengawasan," katanya.
Menurut Djoko, jika sudah ada peristiwa seperti itu dan peristiwa lainnya yang memilukan, seperti pelecehan seksual dan lain-lain, tidak ada artinya tarif murah jika tidak ada jaminan keselamatan.
"Ini juga secara tidak langsung didukung seorang akademisi ahli bisnis yang terlalu besar pengaruhnya untuk kampanye disrupsi, pemba-gian ekonomi, dan lainnya, tetapi tidak melihat aspek keselamatan dan keamanan," katanya.
Djoko juga menegaskan, secara pribadi, dari awal su-dah menentang kehadiran taksi daring dengan model saat ini. Menurutnya, lebih baik taksi reguler yang sudah ada dilengkapi fasilitas daring guna memudahkan pemesanan.
"Korea Selatan menolak taksi daring. Di sana, taksi yang sudah ada diberi tambahan fasilitas daring," katanya. (Ant/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved