Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
PENANTIAN warga terhadap besaran tiket yang harus mereka bayar untuk menikmati moda raya terpadu (MRT) dan light rail transit, sampai kemarin, belum terjawab. DPRD DKI Jakarta baru mengagendakan pembahasan soal tarif itu, hari ini. Sama dengan DPRD, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) juga belum mengusulkan besaran tarif MRT dan LRT yang ditanggung warga. "Kami harus berunding dengan DPRD DKI dulu," tutur Kepala BPTJ Bambang Prihartono, kemarin.
Ia mengingatkan penetapan tarif ini sangat sensitif. Besaran tarif juga akan menentukan orang mau berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi umum atau tidak. BPTJ, lanjutnya, masih me-nunggu sinyal dari DPRD, berapa besaran tarif yang ideal dan dapat dijangkau masyarakat. "Tugas kami mengelola transportasi. Kami akan menunggu respons dari DPRD dulu," tandasnya.
Hari ini, pembahasan tarif MRT dan LRT akan dibahas Komisi C dan Komisi D DPRD Jakarta. Pekan lalu, perundingan serupa juga digelar DPRD bersama PT LRT dan PT MRT. Hasilnya, kesepakat-an belum bisa dicapai dan ketetapan tarif ditunda. Kala itu, DPRD menilai besaran subsidi yang diajukan kedua perusahaan itu sangat tinggi. Kas Pemprov DKI harus memberikan subsidi kepada PT LRT Rp675 miliar dan MRT juga Rp675 miliar.
LRT mengusulkan tiket yang harus dibayar warga paling besar Rp7.000, dari seharusnya Rp41.655. Sementara itu, MRT mengidealkan tarif tertinggi Rp12.500 dari bayaran seha-rusnya Rp31.659.
Baca Juga: Uji Coba MRT Digelar Mulai Hari Ini
Sekretaris Perusahaan PT MRT Muhammad Kamaluddin mengatakan penetapan MRT dirancang untuk lebih menye-suaikan dengan ekonomi warga Jakarta. Hal tersebut harus dilakukan demi menurunkan subsidi yang menurut DPRD terbilang cukup tinggi. "Kami merancang besaran tarif disesuaikan dengan eko-nomi masyarakat. Yang kami harapkan MRT dapat meme-nuhi target jumlah penumpang," jelasnya.
Dia menyebutkan, untuk mengoperasikan MRT, perusahaan harus menggulirkan biaya operasional sebesar Rp192 miliar dan perawatan sarana Rp491 miliar per tahun. Saat ini panjang lintasan MRT mencapai 15,7 kilometer (km) mulai dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia. Ada 13 stasiun yang dilewati. Estimasi jumlah penumpang per hari mencapai 65 ribu orang.
"Biaya perawatan dan ope-rasional membuat mahal. Soal pengembalian modal tidak menjadi masalah," terangnya.
Sementara itu, LRT Jakarta menempuh jarak 5,9 km, dari Kelapa Gading hingga kawasan Velodrome, Rawamangun. Jarak itu ditempuh dalam waktu hanya 15 menit. Jumlah penumpang per hari diperkirakan mencapai 14.255 orang. Biaya operasional LRT setiap tahunnya mencapai Rp136 miliar dan biaya operasi Rp156 miliar.
Seusai pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kemarin, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan pembangunan MRT diproyeksikan bisa mencapai panjang 223 km hingga 10 tahun ke depan. Sementara itu, panjang rel LRT akan dibuat hingga 116 km pada kurun yang sama. Pun untuk trans-Jakarta yang saat ini melayani panjang jalan 431 km harus ditingkatkan menjadi 2.149 km. (*/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved