Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Kurangnya Dana BOS dan BOP Picu Kutipan ke Orangtua

Haufan Hasyim Salengke
14/9/2018 10:09
Kurangnya Dana BOS dan BOP Picu Kutipan ke Orangtua
(ANTARA/Agus Bebeng)

KEPALA SDN Cikini 01 Pagi Rahmat Hidayat mengungkapkan kegiatan sekolah di DKI Jakarta tidak cukup hanya mengandalkan dana operasional pendidikan (BOP) dan dana operasional sekolah (BOS).

Besaran BOP yang diterima sekolah ialah Rp60 ribu dikalikan dengan jumlah siswa. Adapun besaran dana BOS Rp120 ribu dikalikan dengan jumlah murid.

Alokasi dana terbesar ialah untuk pengadaan buku. Sisanya buat operasional sekolah seperti membangun kamar mandi, merenovasi gedung, membayar listrik dan air, mengecat meja bangku, juga keperluan internet.

“Kalau dikatakan dan diinginkan bahwa semua operasional pendidikan gratis total, itu tidak mungkin. Tidak mencukupi (dari BOS dan BOP),” paparnya.

Hal itu diungkapkan Rahmat Hidayat untuk mengklarifikasi temuan Perkumpulan Wali Murid 8113/Koloni 8113 yang menyebutkan pungli menggila di sekolah DKI. Salah satu yang disebutkan memungli siswa ialah SDN Menteng 01, Jakarta Pusat. Pungutan untuk kurban saat hari raya keagamaan Idul Adha. Sekolah juga memungut biaya untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

SDN Menteng 01 Pagi juga disebutkan melakukan pungutan rutin bulanan kepada seluruh orangtua murid sebesar Rp220 ribu per bulan.

“Meski jumlah tabungan siswa-siswi bervariasi, tentu saja ini memberatkan karena sebagian besar tabungan itu diambil dari uang jajan mereka,” ujar Jumono, Sekretaris Perkumpulan Wali Murid 8113/Koloni 8113, di kantor Indonesia Corruption Watch, Rabu (12/9) .

Terkait dengan perayaan HUT RI, Rahmat menyatakan Komite Sekolah tidak membebani dengan menetapkan besaran sumbangan per siswa, melainkan berdasarkan kerelaan dan kemampuan wali murid. “Kalau kita tetapkan Rp10 ribu per anak, itu namanya pungutan dan saya enggak mau seperti itu,” ujarnya, kemarin.

Sumbangan sukarela
Saat perayaan hari kemerdekaan, lanjutnya, sumbangan bersifat suka-rela. Ada yang menyumbang permen, air mineral, manisan, pernak-pernik agustusan, juga uang. “Jadi, dikembalikan kepada orangtua maunya apa.”

Hal yang sama dilakukan ketika Idul Kurban. Bahkan, ada empat wali murid secara pribadi patungan membeli hewan sapi.

Sekolah juga memiliki kegiatan kunjungan ke museum-museum. Untuk menyiasati ongkos, dipilih situs-situs bersejarah terdekat yang banyak dijumpai di sekitar Cikini.

Sumbangan yang dihimpun dikembalikan ke anak murid dalam bentuk konsumsi, transportasi, dan biaya tiket masuk museum atau situs bersejarah. “Sekolah tidak megang uang sama sekali, semuanya dikelola wali murid (Komite Sekolah),” tegasnya.

Ia mengaku terkadang menghadapi dilema untuk mengadakan kegiatan siswa yang membutuhkan biaya operasional. Karena itu, pihaknya menunda untuk melaksanakan Perjusa (perkemahan Jumat Sabtu).

“Kita himpun sumbangan dikritik, dianggap melakukan pungutan seperti yang dituduhkan tadi. Kalau kita tidak laksanakan, kegiatan itu penting buat anak,” tambahnya. (Hym/J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya