Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
PETANG belum lama datang, saat beberapa tiang listrik dipukuli warga Tenggulun, Kelurahan Menteng Jaya, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (23/8). Bukan tanda berkumpul bagi warga untuk melakukan kegiatan yang positif, karena tidak lama kemudian suara itu ditingkahi dengan teriakan ‘perang’ berkali-kali.
Aba-aba itu tidak perlu menunggu lama. Puluhan remaja putra dengan gegap sudah berkumpul di ujung gang dekat jembatan. Malam itu, dengan batu dan botol molotov siap di tangan, mereka siap memulai tawuran melawan warga Pasar Rumput, Kelurahan Pasar Manggis, Jakarta Selatan, yang berada di seberang Jalan Menteng Tenggulun.
“Sudah lebih dari 30 tahun, saya tinggal di sini, tawuran sudah sering terjadi. Saya takut api mengenai rumah,” cerita Sulami, warga Menteng Jaya, Sabtu (25/8).
Sering kali, tambah dia, tawuran dipicu persoalan yang tidak terlalu jelas. Namun, biasanya tawuran dilakukan saat kondisi jalan sepi dan tidak ada polisi.
Saat pertempuran usai, para ibu di Menteng Jaya juga ikut sibuk. Anak-anak yang menderita luka tidak dibiarkan.
“Biasanya kami patungan untuk mengobati anak-anak. Saya pernah dimintai sumbangan Rp5.000 karena ada anak yang kepalanya bocor kena timpuk batu,” papar Sulami.
Namun, jika tawuran tidak memakan korban luka, sumbangan tidak pernah diminta. Para ibu di Tenggulun ikut turun ke lapangan, karena juga berembus kabar ibu-ibu di seberang juga menyemangati anak-anak mereka jika tawuran terjadi.
Pasang CCTV
Pekan lalu, tawuran di antara dua kubu terjadi dua kali, yakni Senin (20/8) dan Kamis malam hingga Jumat dini hari. Heri, 47, warga Pasar Rumput menduga tawuran itu terjadi akibat rebutan lahan pak ogah.
“Sebelumnya, sudah ada konflik soal pengelolaan pungutan kendaraan yang akan menyeberang jalan di jembatan dekat jalur Trans-Jakarta. Dulu dikelola warga Tenggulun, belakangan warga Pasar Rumput juga meminta ikut mengelola,” tuturnya.
Namun, Heri mengakui tawuran di antara dua kubu itu sudah terjadi sejak dulu, dilakukan turun temurun. Saat masih kecil, ia mengaku sudah sering ikut tawuran.
“Pemicunya bermacam-macam. Mulai dari rebutan gadis, rebutan wilayah, atau senggolan di jalan. Masalahnya selalu berbeda, tapi selalu karena masalah sepele,” tandasnya.
Gubernur Anies Baswedan berjanji tidak akan membiarkan tradisi tawuran dua kampung itu terus terjadi.
“Pemprov DKI Jakarta akan memasang CCTV di sejumlah wilayah yang kerap jadi lokasi tawuran,” ujarnya. CCTV, lanjutnya, merupakan salah satu langkah, selain terus melakukan sosialisasi kepada warga. Dengan CCTV, lanjutnya, aparat bisa mendapatkan bukti awal. Sebab aparat sering kali mengalami kesulit-an untuk mendapatkan bukti pelanggaran.
Akan tetapi, Anies belum bisa memastikan jumlah CCTV yang bakal dipasang, meski tawuran di perbatasan Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan itu sudah sering membuat sarana umum rusak, di antaranya halte Trans-Jakarta, pekan lalu.
Sementara itu, Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Indra Jafar juga sudah menyiapkan langkah-langkah untuk meredam terjadinya tawuran kembali. “Polisi akan merangkul tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda. Kami akan bersama-sama mencegah tawuran, karena tindakan itu sangat merugikan semua pihak, terutama masyarakat sendiri,” tambahnya.
Para tokoh, lanjut dia, diminta terus mendekati warga dan menyampaikan pesan yang menyejukkan. (TS/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved