Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PENATAAN setengah hati membuat Kampung Ambon, Cengkareng, Jakarta Barat, tetap tak bisa lepas dari stigma 'Kampung Narkoba'.
Kemarin, jajaran Polres Jakarta Barat kembali menyisir sejumlah rumah di kampung tersebut.
Hasilnya, polisi menemukan 18 kilogram bahan pembuat sabu, 110 gram sabu siap edar, beberapa pil ekstasi, sejumlah senjata api beserta amunisi, alat hisap, timbangan digital, dan uang tunai Rp34 juta.
Dalam penggerebekan itu, petugas menangkap enam orang yakni Mike Junior, 28, Albert, 24, Mario, 40, Igus, 31, dan istri Igus bernama Eka, 25, serta seorang wanita hamil.
"Kami tidak ingin kecolongan sebagaimana kemarin ada pabrik narkoba dan peredaran-peredaran lain. Kami ingin hilangkan stigma kampung narkoba," kata Kapolres Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Hengki Haryadi, kemarin.
Hengki mengakui narkoba masih beredar di Kampung Ambon.
Dalam sehari saja, satu lapak narkoba bisa menghasilkan uang Rp50 juta.
Hal itu terungkap dari buku catatan yang diamankan pihaknya dalam penggerebekan itu.
Modus yang dilakukan jaringan itu yakni pemilik rumah menyediakan narkotika kemudian pemesan mengambil dan pergi.
Hengki melihat pola semacam itu merupakan pola lama.
Karena itu dirinya akan terus mengembangkan kasus tersebut dan meningkatkan pengawasan agar Kampung Ambon bebas dari peredaran narkoba.
Tembak mati
Badan Narkotika Nasional (BNN) sejak 2013 sebenarnya sudah menjalankan program Penataan Kampung Rawan Narkoba di Kampung Ambon.
Penataan dilakukan dengan memberikan pelatihan keterampilan kepada warga seperti pelatihan teknik mesin dan kerajinan tangan.
Tujuannya untuk mengalihkan warga ke kegiatan positif yang menghasilkan.
Namun, upaya itu dinilai tidak optimal lantaran masih ditemukan peredaran narkoba.
"Artinya pembinaan di sana kurang efektif. Harusnya mereka melakukan monitoring penuh," kata pendiri Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat), Henry Yosodiningrat.
Anggota Komisi III DPR itu berjanji akan mengusut tuntas penggunaan dan efesiensi anggaran yang dikucurkan ke BNN untuk program Penataan Kampung rawan narkoba itu. Ia akan minta program itu dievaluasi.
Sebagai anggota dewan, dia akan menyelidiki pos anggaran pembinaan kampung narkoba jangan sampai ada penyelewengan yang membuat pembinaan jadi tidak efektif.
Henri mendukung upaya Polres Jakarta Barat terus menyisir kampung-kampung yang rawan narkoba, seperti Kampung Ambon dan Kampung Boncos yang berada di Palmerah, Jakarta Barat.
Ia bahkan menyarankan agar polisi menembak mati bandar narkotika yang melawan.
"Tenang saja, rakyat bersama penegak hukum kita," ujarnya.
Kepala Bagian Humas BNN Komisaris Besar Sulistyandriatmoko mengakui program penataan wilayah rawan narkoba di Kampung Ambon belum berjalan optimal.
"Program belum menyeluruh ke warga. Memang ada kendala di lapangan, misalnya di dalam realisasinya ada yang terlibat aktif tapi ada juga yang belum tersentuh," terangnya. (Mal/Sru/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved