Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
SEJUMLAH trotoar di Ibu Kota kini dilengkapi jalur bagi pesepeda.
Jalur selebar 2 meter yang dicat hijau itu juga dilengkapi ramp sebagai tumpuan roda sehingga sepeda tidak perlu diangkat ketika akan naik ke trotoar.
Ada empat titik kawasan yang sudah memiliki trotoar berdesain jalur sepeda, yakni Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Jalan Raya Jatinegara Timur, Jakarta Timur, Jalan Danau Sunter, Jakarta Utara, dan Jalan Ahmad Yani, Jakarta Pusat.
Di Jatinegara Timur, trotoar sepanjang kurang lebih 500-600 meter mulai dari Terminal Kampung Melayu hingga jembatan Trans-Jakarta Pasar Jatinegara bahkan dilengkapi tiang setinggi kurang lebih 1 meter untuk membatasi jalur pesepeda dengan jalur pedestrian.
Kendati trotoar sudah dilengkapi fasilitas dengan desain khusus demikian, tetapi belum seluruhnya dapat dimanfaatkan pesepeda.
Berdasarkan pantauan Media Indonesia, kemarin, tidak ada pesepeda di jalur itu.
Di ujung trotoar sisi Pasar Jatinegara, sejumlah gerobak yang biasa digunakan mengangkut barang tampak teronggok di trotoar.
Gerobak-gerobak itu melintang di atas yellow line (jalur petunjuk bagi penyandang disabilitas).
Fasilitas baru trotoar itu pun tidak serta-merta membuat pesepeda ingin melintasinya. Dhito, 33, pesepeda asal Pondok Bambu, Jakarta Timur, mengaku jalur sepeda di atas trotoar belum mengakomodasi kebutuhan dia hingga tempat tujuan.
"Saya pernah coba trotoar yang ada jalur pesepedanya. Tapi jalurnya tanggung, kayak formalitas saja menyediakan jalur sepeda. Terlalu pendek, cuma sepanjang Jatinegara saja enggak sampai Jalan Otto Iskandar Dinata (Ottista)," ujar Dhito, kemarin.
Harus terintegrasi
Berbeda dengannya, Windy, pekerja di Kedoya, Jakarta Barat, mengaku menikmati jalur sepeda di trotoar Jalan Daan Mogot.
Bersepeda sepanjang 2,5 kilometer (km) mulai dari Simpang Cengkareng hingga ke arah Grogol kini tidak perlu dilaluinya lewat bahu jalan.
"Paling enak lewat situ, rindang dan tidak saingan sama mobil dan motor. Kalau di luar jalur sepeda susahnya pas lalu lintas ramai. Mesti lebih hati-hati," kata Windy yang setiap hari menempuh 10 km dari rumah ke tempat kerjanya.
Kendati demikian, Windy pun mengakui trotoar itu belum steril. Di dekat Halte Trans-Jakarta Jembatan Baru, banyak motor masuk trotoar, bahkan parkir menghalangi jalur sepeda.
"Lalu di (trotoar) setelah halte Taman Kota. Itu bahkan ada 4 sampai 5 PKL. Ada yang dipakai jadi bangku-bangku orang jualan bakso dan es," kata Windy.
Untuk itu, dia berharap jalur sepeda harus benar-benar terintegrasi bila Pemprov DKI ingin membuat warga beralih ke kendaraan tanpa knalpot.
"Seandainya sepanjang rute ada jalur sepeda, senang banget," ujarnya.
Kepala Seksi Perencanaan Kelengkapan Prasarana Jaringan dan Jaringan Utilitas Dinas Bina Marga DKI Jakarta Ricky Janus mengatakan trotoar dengan jalur sepeda itu dibangun sejak 2016 hingga 2017.
"Iya ada beberapa yang sudah ada jalur pesepeda. Di Daan Mogot, misalnya, itu sudah ada sejak 2016. Akan terus berlanjut di tahun-tahun ke depan," tuturnya. (Aya/J-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved