Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Uji Coba OK Otrip belum OK

Dea Andriani
10/1/2018 08:00
Uji Coba OK Otrip belum OK
(ANTARA/ROSA PANGGABEAN)

UJI coba OK Otrip (one karcis one trip) bergulir pekan depan. Tepatnya 15 Januari-15 April 2018. Sayangnya, pelaksana lapangan mulai petugas Trans-Jakarta hingga pengemudi, bahkan pengguna, sama-sama bingung. Itu menunjukkan kurangnya sosialisasi.

Para pengemudi angkutan kota (angkot) di kawasan Lebak Bulus, umumnya mengaku belum mengetahui rencana uji coba, bahkan perangkat tap kartu pun belum ada yang memasang.

OK Otrip merupakan salah satu program andalan Gubernur DKI Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno untuk meningkatkan layanan transportasi umum di Ibu Kota. Dengan OK Otrip, pengguna bisa menggunakan beberapa moda transportasi massal.

Uji coba akan dilaksanakan di Warakas, Jakarta Utara; Duren Sawit, Jakarta Timur; Lebak Bulus, Jakarta Selatan; serta Jelambar, Jakarta Barat. Tarif promosi cuma Rp3.500 dengan batasan waktu 3 jam terhitung dari durasi pertama tap-in hingga terakhir tap-out kartu.

Munazih Nausan, 60, pengemudi angkot trayek 106 jurusan Parung-Lebak Bulus, mengaku belum diberi tahu soal uji coba OK Otrip. Menurut dia, informasi mengenai program tersebut disampaikan petugas Dinas Perhubungan DKI sekitar enam bulan lalu.

Sosialisasi yang diterima berupa selebaran mengenai sistem dan syarat OK Otrip secara garis besar. Informasinya angkot akan bersinergi dengan bus Trans-Jakarta. Oleh karena itu, angkot harus sekelas dengan Trans-Jakarta, yakni punya air conditioner (AC), berbahan bakar gas (BBG), dan batas maksimal umur kendaraan lima tahun berdasarkan uji kelayakan kendaraan (KIR).

Soal penggunaan kartu, Munazih mengaku tidak mendapat penjelasan sama sekali. "Intinya ongkos jadi irit. Tapi kami (sopir angkot) enggak ada modal untuk ganti angkot menjadi lebih baru dengan bahan bakar gas. Penggantian mesin dari bensin ke gas butuh uang berkisar Rp18 juta, belum lagi biaya ganti mobil yang lebih baru," tutur Munazih di kawasan Lebak Bulus, Senin (8/1).

Munazih pasrah apabila ia ditinggal karena tidak bisa memenuhi persyaratan menjadi mitra Trans-Jakarta. "Paling saya akan alih profesi, mungkin menjadi kuli bangunan, yang penting bisa makan. Mau protes pun enggak ada artinya. Pemerintah enggak bisa dilawan, ganti-ganti terus kebijakannya," keluhnya.

Sejak warga sangat mudah memeroleh sepeda motor dan transportasi daring beroperasi, Munazih mengaku penghasilannya turun drastis dari Rp200 ribu menjadi Rp80 ribu per hari. Itu pun ia mulai bekerja dari subuh hingga pulang jelang tengah malam.

Kurang sosialisasi

Sopir lainnya, Ispriandi, 30, yang juga melayani trayek 106, mengaku belum mengetahui rencana uji coba OK Otrip. Ia setuju dengan program integrasi antarmoda tersebut, tetapi belum tahu aturannya. "Sistem (OK Otrip) enggak tahu kayak bagaimana, kurang sosialisasi kayaknya. Saya cuma tahu penumpang bayar pakai kartu," ujarnya.

Bukan hanya sopir, pengguna juga masih beragam pendapat. Sebagian dari mereka menyetujui adanya sistem transaksi nontunai yang akan menyetarakan tarif berbagai moda transportasi. Beberapa lagi menolak karena merasa pembayaran menggunakan tunai lebih praktis dan cepat.

Salimah, 44, warga asal Kedaung, Jakarta Barat, sehari-harinya menggunakan beberapa angkot untuk mobilitas. Ia sangat mendukung program OK Otrip. Ia tahu akan semakin mudah berganti moda transportasi tanpa perlu membayar ulang.

Namun, ia menganjurkan Dishub DKI lebih gencar menyosialisasikan OK Otrip karena banyak warga bertanya-tanya. "Begitu juga soal pembelian dan pengisian top-up, di mana saja ya? Informasi itu kami belum dapat," cetusnya.

Lain dengan Jen, 53, yang merasa integrasi moda transportasi akan merugikan pengguna yang sudah berusia lanjut. Menurut dia, pemakaian kartu OK Otrip menyulitkan karena perlu melakukan top-up untuk transaksi. Ia merasa dirinya lebih terbiasa menggunakan transaksi tunai.

Mengubah kebisaan masyarakat memang tidak gampang. Namun, kemajuan teknologi juga tak bisa ditunda. Pemprov DKI akan terus mencoba memajukan kota dengan transaksi lebih mudah dan lebih murah.

Penjualan kartu OK Otrip sudah berlangsung sejak 22 Desember 2017 di 10 halte. Dari warga yang ditemui, belum ada satu pun yang memiliki kartu OK Otrip. (J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya