Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Belum Sepadan dengan Impian

MI/Akmal Fauzi
08/1/2016 00:00
Belum Sepadan dengan Impian
(MI/ROMMY PUJIANTO)
RENCANA pembangunan Kanal Banjir Timur (KBT) hampir satu abad. Ia termasuk dalam konsep pembangunan tentang Kota Batavia pada 1919 dan 1920, yang salah satunya mencuat gagasan pembuatan kanal banjir dari Manggarai di kawasan selatan Batavia sampai ke Muara Angke di pantai utara. KBT yang melintas di tujuh sungai, yakni Sungai Cipinang, Sungai Sunter, Sungai Buaran, Sungai Jatikramat, Sungai Cakung, Sungai Cibening, dan Sungai Blencong, terealisasi pada 2010. Pembangunan atas kerja sama pemerintah pusat dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kini terus bersolek.

Kehadiran KBT diharapkan tidak hanya mengatasi masalah banjir. Kanal yang melintasi 11 kelurahan di Jakarta Timur dan dua kelurahan di Jakarta Utara itu menjadi destinasi wisata baru di Jakarta. Infrastruktur penunjang seperti taman interaktif dan jalur sepeda dibangun di tepian kanal. Pot dan tempat sampah tematis berjajar di kanal sepanjang 23,6 kilometer itu. Sayangnya, kondisi KBT kini tak seperti yang diharapkan. Di malam hari, jalur sepeda di tepian KBT, sepanjang kawasan Cipinang, Jatinegara, hingga Duren Sawit mulai berubah menjadi tempat muda-mudi bermesraan hingga mabuk-mabukan.

Belum lagi para pedagang kaki lima (PKL) di sana. Minimnya penerangan di sepanjang jalur KBT menjadi peluang begal dan perampok beraksi. Pada September 2015 lalu, sepasang kekasih yang tengah duduk di atas motor di KBT kawasan Duren Sawit pada malam hari dirampok tiga orang yang mengaku polisi gadungan. Meskipun para pelaku sudah ditangkap polisi, kejadian itu bukan yang pertama. Kasus sejenis kerap terjadi bahkan hingga menimbulkan korban jiwa.

Konsistensi
Menjelang sore, kesemrawutan kawasan KBT mulai terasa, khususnya saat ratusan PKL memadati ruas jalur sisi Cipinang hingga Duren Sawit. Hampir tidak ada lahan kosong di pinggir kanal. Ratusan pedagang mulai berdagang makanan, pakaian, peralatan rumah tangga, sepatu, hingga mainan anak-anak tumpah ruah. Di sisi utara KBT yang berbatasan dengan Jalan Basuki Rahmat, rindangnya pepohonan yang tumbuh di sekitar KBT dijadikan lokasi tempat kumpulnya pasangan muda-mudi.

"Yang pacaran enggak cuma malam. Siang-siang juga banyak tuh ABG usia tanggung banyak pada duduk di atas motor," kata Arif, 39, warga Cipinang Jaya, Jatinegara, yang tak jauh dari kawasan KBT. Kondisi itu diakui Arif tentu sangat disayangkan, apalagi PKL yang ada tidak tertata. Ia menilai KBT bukan lagi jadi tempat untuk wisata, melainkan pasar yang semrawut.

"Bukannya saya enggak setuju dengan PKL. Ada PKL itu bagus untuk perekonomian, tapi harus ditata. Kalau sudah malam itu jadi pasar kaget yang semrawut dan buat macet," ucapnya Hal yang sama diungkapkan Zainudin, 41. Adanya KBT, menurutnya, menjadi pilihan jika ingin menghabiskan waktu untuk bersantai ria dengan keluarga. Untuk olahraga bersama keluarga bisa. "Tapi kalau sudah sore hari enggak deh, sumpek, macet," ujarnya.

Ia berharap pemerintah konsisten menata kawasan KBT baik PKL maupun fasilitas publik agar warga bisa merasakan kerindangan KBT. Sebab, kawasan KBT menjadi surga bagi warga Jakarta Timur. Dalam menanggapi hal itu, Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyawardana mengatakan pihaknya berencana menata PKL dengan pembagian ke beberapa area.

Namun, ternyata Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga akan menata secara nasional. "Jadi kami batalkan, kalau pusat menata dan DKI menata akan terjadi tumpang tindih," kilah Bambang. Dia mengaku telah memberikan arahan ke para PKL, yakni dengan memberi batas waktu berjualan dari pukul 18.00 hingga 24.00 WIB. Jika ditemukan di luar jam tersebut para PKL berjualan, pihaknya tidak segan menindak. Berdasarkan data di Kecamatan Jatinegara saja, jumlah PKL di wilayah itu ada 1.200 PKL. Jumlah tersebut belum termasuk PKL yang ada di kecamatan lain, seperti Duren Sawit dan Cakung. (J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik