Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Kopi Turki: Tradisi Sakral, Budaya, dan Seni Membaca Cangkir yang Mendunia

Margaretha Tiffany
27/8/2025 13:00
Kopi Turki: Tradisi Sakral, Budaya, dan Seni Membaca Cangkir yang Mendunia
Kopi Turki lebih dari sekadar minuman; ini ritual budaya berusia hampir 500 tahun yang diakui UNESCO. (freepik)

KOPI Turki tidak hanya sekadar minuman, tetapi juga sebuah ritual, percakapan, dan warisan budaya. Bahkan, sebagai salah satu cikal bakal semua jenis kopi modern. Tradisi ini sudah berusia hampir 500 tahun dan telah diakui UNESCO sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan.

Menariknya, kisah kopi Turki ternyata tidak dimulai dari Turki, melainkan Yaman. Pada abad ke-15, para mistikus Sufi dikenal meminum kopi untuk tetap terjaga selama doa ibadah malam yang panjang. Ketika Sultan Süleyman atau Süleyman yang Agung dalam catatan Eropa menaklukkan Yaman tahun 1538, kopi pun masuk ke Kesultanan Utsmaniyah. Dalam kurun waktu hanya satu tahun, biji kopi sudah sampai di Konstantinopel, yang kini dikenal sebagai Istanbul.

Menurut Merin, Server, peneliti gastronomi, perbedaan utama kopi Turki dibandingkan kopi lainnya adalah pada prosesnya. Bila kopi biasanya diseduh. Kopi Turki dibuat dengan cara dimasak bersama air dalam cezve, panci kecil khusus untuk kopi. Proses ini menghasilkan kopi tanpa penyaringan, berbeda dengan teknik modern yang lebih umum.

Proses Pembuatan yang Sakral

Kopi Turki dibuat dengan sangat sakral dan teliti. Kopi dimasak perlahan dalam cezve, panci kecil berpegangan panjang. Cezve ditaruh di atas bara atau pasir panas agar aroma dan rasanya maksimal.

Hasil terbaik kopi dengan lapisan busa di atasnya menandakan kualitas yang tinggi. Kopi biasanya disajikan panas, lengkap dengan segelas air untuk membersihkan mulut dan sepotong lokum (Turkish delight) untuk menyeimbangkan rasa pahit.

Cara Menikmati Kopi

Selain cara membuatnya, etika minum kopi juga penting. Kopi akan ditaruh dalam cangkir kecil. Proses meminumnya pun dilakukan perlahan, tidak segera seperti espresso. Ini memberi waktu agar ampas kopi mengendap di dasar cangkir.

Tahap selanjutnya tasseography, atau membaca cangkir kopi. Setelah kopi habis, cangkir dibalik di atas piring kecil, dibiarkan mendingin, lalu pola-pola yang terbentuk di dalamnya diinterpretasikan menjadi cerita.

Misalnya, pola ikan dipercaya membawa keberuntungan, sementara pola burung menandakan perjalanan.

Kopi Turki juga bagian dari tradisi kehidupan sosial. Kopi juga bagian dari  prosesi lamaran pernikahan. Dalam adatnya, calon pengantin perempuan akan menyeduh kopi untuk calon suami dan keluarganya. Sebagai ujian kesabaran, ia sengaja menambahkan garam dalam kopi calon suaminya. Jika sang pria meminumnya tanpa protes, itu dianggap tanda kesabaran, kedewasaan, dan kelayakannya sebagai pasangan hidup.

Menurut Dogan, pengalaman terbaik dalam meminum kopi Turki adalah ketika Anda melakukannya bersama orang lokal. Alasannya sederhana, tasseography, tentang berbagi cerita, koneksi antarmanusia, dan kehangatan dalam secangkir kopi. (CNN Travel/Z-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya