Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
AJANG Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) VIII 2025 yang berlangsung di Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat pada 26–27 Juli 2025 memang telah selesai. Ajang ini telah melahirkan talenta-talenta muda berbakat, yang salah satunya adalah Angelaida Agil Maharanny.
Atlet cilik dancesport asal Yogyakarta ini berhasil menyumbangkan dua medali untuk kontingen Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yaitu emas di kategori Solo U12 Latin Dance (Chacha) dan perak di kategori Solo U12 Ballroom Dance (Waltz).
Sumbangan dua medali dari Angelaida membuat DIY berada di peringkat kedua klasemen perolehan medali Dancesport Fornas VIII 2025 dengan 5 Emas, 6 Perak. DIY hanya kalah dari Jateng yang menperoleh Emas, 6 Perak.
Ibunda Angelaida, Aldila Miska Ferdiana mengatakan, Angelaida saat ini berusia 10 tahun dan duduk di kelas 5 SD Budi Utama Yogyakarta. Di Fornas itu, Angelaida tampil gemilang bersama atlet-atlet muda yang lain dari 9 provinsi, yakni Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, dan DIY.
Aldila menceritakan, dalam nomor Latin Dance Chacha, Angel—sapaan akrabnya—memukau para juri dengan teknik kaki yang presisi dan ekspresi energik khas Latin. "Angel bisa tampil penuh percaya diri dan berhasil mengungguli peserta dari berbagai daerah, meraih medali emas untuk DIY," papar dia Kamis (7/8).
Dalam kategori Ballroom Dance Waltz, Angel tampil lembut dan anggun dengan teknik dasar waltz yang kuat. Ia pun berhasil meraih medali perak.
Prestasi ini melengkapi pencapaian luar biasa Angelaida sepanjang tahun 2025. Sebelumnya, ia sukses meraih dua emas dan satu perak dalam ajang internasional The Golden Rose International Championship di Sydney, Australia.
Aldila mengatakan, Fornas kali ini menunjukkan konsistensi dan ketangguhan Angelaida sebagai salah satu atlet muda andalan dancesport Indonesia. "Angelaida menjalani latihan intensif, namun tetap dalam suasana yang menyenangkan," tutur dia.
Sebagai ibu, ia selalu mendukung pilihan Angelaida tanpa menekan. Semua pencapaian Angel lahir dari semangat dan minat dia sendiri.
"Kami hanya memfasilitasi, dan tentunya bersyukur kepada semua pelatih dan pihak sekolah yang terus mendukung Angel," lanjut dia.
Angelaida dikenal sebagai anak yang tak mudah larut dalam tekanan kompetisi. Bahkan saat tidak meraih hasil maksimal, ia tetap ceria dan memandang kompetisi sebagai ruang untuk belajar, bukan sekadar ajang menang-kalah.
Selanjutnya, Angelaida kini tengah mempersiapkan diri menghadapi ajang internasional selanjutnya, yaitu International Ballroom Dance Championship 2025 di Kuala Lumpur pada 16 Agustus, dan International Championship di Italia akhir tahun nanti.
Menurut Aldilla prestasi besar bisa lahir dari ketekunan, semangat, dan ekosistem dukungan yang sehat—bahkan tanpa dukungan langsung dari pemerintah. Di usia yang masih sangat belia, Angelaida menjadi ikon harapan baru dunia dancesport Indonesia. (H-2)
The Golden Rose International Championship adalah salah satu kejuaraan dancesport tahunan paling bergengsi di kawasan Asia Pasifik.
Dalam WDSF World Breaking Championship terdapat dua kategori yang dilombakan. Hanafi dan Oktavian turun di kategori B-Boys, sementara Cindy turun pada kategori B-Girls.
Perekonomian NTB menjadi bergairah dengan adanya Fornas kali ini.
Line dance sebagai salah satu cabang Inorga dengan jumlah peserta terbanyak.
Fornas membuktikan bahwa olahraga masyarakat dapat berpadu harmonis dengan budaya serta menggerakkan sektor ekonomi kreatif.
Fornas mampu memberi dampak konkret terhadap roda ekonomi lokal.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memastikan kesiapan menjadi tuan rumah Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) VIII Tahun 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved