Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Ingin Buat Novel yang Menggugah Emosi Pembaca? Ini Kiat dari Ika Natassa

Nike Amelia Sari
12/1/2025 10:58
Ingin Buat Novel yang Menggugah Emosi Pembaca? Ini Kiat dari Ika Natassa
Penulis Ika Natassa(MI/Nike Amelia Sari)

KAMU pasti pernah membaca novel kemudian tiba-tiba tertawa terbahak, menangis, bahkan kesal. Ya, novel memang bisa membangkitkan atau menggugah emosi para pembacanya. Menciptakan suatu karya novel yang mampu membangkitkan dan menggugah emosi pembaca memang tidak mudah, namun bukan tidak bisa.

Penulis sejumlah novel best seller Ika Natassa, yang mana beberapa novelnya telah diadaptasi ke layar lebar seperti film The Architecture of Love (dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Putri Marino) dan Heartbreak Motel (dibintangi oleh Reza Rahadian dan Laura Basuki), membagikan pengalaman ketika menulis novel, sebagai berikut;

1.  Jujur dengan Diri Sendiri

Saat ditemui Media Indonesia usai peluncuran novel terbarunya berjudul Satine pada Sabtu (11/1), Ika mengatakan hal pertama yang harus dilakukan seorang penulis ialah berani jujur sama diri sendiri.

2.  Tidak Melupakan Perasaan

Ika mengatakan seorang penulis tidak pernah melupakan perasaan apapun, baik bahagia maupun sakit. ”Semuanya harus disimpen. Kenapa? Karena later on, waktu kita mau nulis dan kita mau mengulik rasa, yang kita ulik adalah bank perasaan kita. Jadi, bermacam-macam rasa, (ada) sakit hati, patah hati, sedih, merasa gagal, itu gak boleh dihapus. Jadi aku tipenya tidak boleh melupakan karena begitu aku melupakan, aku menjadi orang yang yang kebal terhadap rasa, gak boleh. Seorang penulis itu harus bisa meresapi semua perasaan yang dilakukan,” kata penulis yang sudah melahirkan 11 novel ini.

”Jadi, pada saat misalnya waktu (nulis novel) Critical Eleven, aku nulis yang adegan Anya kehilangan anak. Itu aku nangis sejadi-jadinya pas ngetik itu. Kenapa? Karena aku bayangin kalau seandainya aku punya anak, kemudian anak itu diambil dari aku, aku bakal gimana? Jadi, harus dirasakan sendiri,” lanjutnya.

3.  Tidak Harus Nyaman

Ika mengatakan saat menulis memang tidak selalu nyaman karena sang penulis harus mengulik berbagai macam rasa. ”Tapi aku paling bahagia kalau pas nulis. Karena pada saat aku menulis, semua perasaan, kegundahan, isi hati yang ingin aku ungkapkan, bisa aku ungkapkan sejujurnya,” pungkas Ika.(M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya