Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Evie Yulin Pionir General Manager Perempuan di Merck Healthcare Asia Pacific

Agus Utantoro
30/11/2024 16:41
Evie Yulin Pionir General Manager Perempuan di Merck Healthcare Asia Pacific
Evie Yulin(MI/AGUS UTANTORO)

EVIE Yulin, alumnus Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada ini menjabat sebagau Presioden Direktur PT Merck Tbk. Perempuan kelahiran Jember tahun 1967 ini, menyelesaikan pendidikannya dari SD hingga perguruan tinggi di Yogyakarta.  

“Saya mulai sekolah di SD Unggaran Jogja, lalu masuk ke SMP 5, terus di SMA 3, dan kuliah di UGM. Semua jenjang pendidikan saya tempuh di Jogja,” jelas Evie dalam perbincangan di Universitas Gadjah Mada.

Ketika masih sekolah, Evie Yulin dikenal sering menjadi juara kelas berturut-turut. Inilah yang membuatnya bisa diterima di sekolah dan perguruan tinggi impiannya. Selain itu, ia juga beberapa kali mewakili sekolah dalam kompetisi tari dan baris berbaris. 

Masuk ke Fakultas Farmasi memang sudah menjadi cita-citanya sejak duduk di bangku SMA. Semasa SMA, ia menggemari mata pelajaran Kimia Organik dan Matematika. Dengan kemampuannya itu, Evie kemudian memetakan jurusan atau bidang apa yang akan ia jalani di perkuliahan dan pilihan jatuh ke farmasi. Masuk UGM, Evie Yulin memalui jalur PMDK (Penelurusan Minat dan Kemampuan), jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru yang tidak menggunakan tes.

Ia mengaku sempat disarankan oleh gurunya agar memilih Fakultas Kedokteran, namun ia tetap keukeuh dengan keinginannya, Farmasi. “Pokoknya cari fakultas yang memang dibutuhkan penguasaan kimianya cukup kuat. Kalau tidak Teknik Kimia, kan apotek. Terus saya melihat bahwa kalau apoteker asik kali ya, bisa membantu pasien-pasien yang sakit. Jadi saya pilih apoteker,” katanya.

Sebelum sampai ke puncak karier saat ini, Evie mengawali perjalanan pengabdiannya dengan diterima di tiga perusahaan farmasi. Saat itu ia masih kuliah. Dengan passion di bidang sales dan marketing, Evie sempat menduduki jabatan sebagai product specialist.

Di posisi ini, Evie ditugasi memasatkan produk ke beberapa rumah sakit. Meski sempat menghadapi penolakan-penolakan, namun tidak menyurutkan tekadnya untuk terus maju dan berkarier.

Sedangkan di PT Merck Tbk, Evie mulai bergabung pada 2010 sebagai Country Head Healthcare Business Indonesia, hingga menjadi anggota direksi pada tahun 2011 dan kemudian menjabat sebagai Presiden Direktur pada tahun 2020. Tercatat ia menjadi satu-satunya General Manager Perempuan di Merck Healthcare Asia Pacific pada saat itu. 

Penghargaan

Tak hanya itu, Evie beberapa kali mendapatkan penghargaan, seperti Top 100 Businesswomen of The Year (2017, 2019-2021, 2024), Indonesia Most Powerful Women Award (2023), Best Business Transformation (2023), hingga The Most Extraordinary Women Business Leaders Award (2022).

Selama menduduki jabatan tersebut, Evie mengaku tak menghadapi hambatan yang mengganggu kariernya. Menurut dia, hal itu terkait pula dengan budaya DEIB -- Diversity, Equity, Inclusion and Belonging -- yang dikembangkan dan dijalankan secara kuat di perusahaan tempatnya bekerja. Budaya ini menempatkab  keberagaman, kesetaraan, inklusi, dan rasa memiliki menjadi nilai-nilai inti perusahaan. 

Merck menerapkan kebijakan dan praktik yang mendukung lingkungan kerja inklusif, memastikan bahwa semua karyawan, tanpa memandang gender, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan meraih prestasi. Ia bersyukur karena budaya ini memungkinkan perempuan untuk berkontribusi secara signifikan dan mengatasi tantangan dalam jenjang karir, menjadikan gender bukanlah penghalang untuk mencapai kesuksesan.

Meski demikian di bidang kefarmasian Evie mengaku ada sejumlah tantangan yang dihadapi, terutama akses terhadap obat-obatan inovatif. “Sekarang ini middle income population banyak yang turun menjadi middle to lower income population. Sehingga kita harus pikirkan bagaimana masyarakat bisa mendapatkan akses dengan mudah untuk obat-obatan inovatif ini,” papar Evie. 

Penting menurutnya bagi industri farmasi agar memperhatikan affordability dan accessibility obat-obatan inovatif. Kesadaran akan penyakit tertentu juga perlu dibangun, sehingga masyarakat bisa mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

Mengakhiri perbincangannya dengan wartawan, Evie berpesan agar selalu menjadi pribadi yang tangguh, berani mencoba, dan open-minded. Dengan begitu, tantangan demi tantangan dapat menjadi pelajaran berharga di kemudian hari. (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya