Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
EPIDERMOLISIS bulosa (EB) adalah penyakit kelainan genetik yang langka yang menyebabkan rapuhnya kulit. Kulit menjadi sangat mudah lecet, mudah terluka, mudah melepuh akibat gesekan yang paling ringan sekalipun. Individu yang mengidap EB dikenal dengan sebutan butterfly children.
"Epidermolisis bulosa adalah salah satu penyakit kulit genetik atau diturunkan, dengan karakteristik atau dengan gejala adanya kerapuhan kulit. Jadi, mukosa atau kulit halus itu mudah sekali mengalami lepuh atau lecet dengan trauma mekanik yang sedikit saja, misalnya gesekan yang panas," kata dokter Niken Trisnowati dalam diskusi daring beberapa waktu lalu.
Menurut Nike, EB diklasifikasikan menjadi empat jenis. Pertama, EB simpleks, yakni lepuh yang terjadi secara garis besar terdapat pada lapisan epidermis atau lapisan kulit yang paling luar. Ini adalah EB yang paling ringan dan terjadi karena ada mutasi pada gen yang terkait dengan pembentukan keratin.
Baca juga : Penting Dilakukan, Tes Genetik untuk Deteksi Penyakit Langka Masih Terbatas di Indonesia
Kedua, EB junctional, terjadi pada lapisan antara kulit yang luar atau epidermis dan dermis. EB junctional bisa ringan (localized), tapi pada umumnya berat (severe generalized). Ketiga, EB distrofik, lepuh terjadi pada lapisan kulit bawah yang dermis. Gejalanya juga bervariasi, bisa ringan, sedang, dan berat. Pada EB jenis ini, salah satu karakteristiknya nanti jari-jari tangan dan kaki menyatu seperti kepompong. Jenis ini termasuk ke dalam autosomal dominan atau autosomal resesif. Keempat, sindrom kindler. Jenis ini ditandai dengan sensitif terhadap matahari atau fotosensitivitas dan terjadi kulit yang berwarna. "Jadi ada kulit yang gelap terang gitu, ya, di daerah yang terkena matahari," jelasnya.
Niken menegaskan, penyakit epidermolisis bulosa (EB) dapat dijumpai pada bayi baru lahir dan ketika anak sudah mulai berjalan. Penyakit EB juga dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang etnik maupun jenis kelamin.
Sementara itu, dilansir dari mayoclinic.org, perawatan untuk epidermolisis bulosa yang pertama ialah perubahan gaya hidup dan perawatan di rumah. Jika pasien masih terganggu dengan gejala, ada sejumlah alternatif antara lain pemberian obat. Pemberian obat-obatan ini bertujuan meredakan rasa sakit dan gatal pada penderita.
Baca juga : Sekujur Tubuh Gadis di Tegal Melepuh karena Sindrom Langka Staphylococcal Scalded Skin
Penanganan yang kedua ialah melalui prosedur operasi. Hal itu bertujuan memperbaiki fungsi organ yang terganggu EB atau meningkatkan kemampuan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan berimbang. Prosedur operasi terdiri atas pelebaran esofagus, pemulihan kemampuan gerak (mobilitas) organ tubuh, pemasangan gastrostomi, dan transplantasi kulit.
Selain itu, dianjurkan menjalani terapi rehabilitasi agar pasien dan keluarga dapat belajar hidup dengan EB, misalnya mengatasi luka lepuh.
Hingga kini, ada beberapa prosedur pengobatan EB lain yang masih diteliti, seperti transplantasi sumsum tulang, terapi gen, penggantian protein, dan terapi berbasis sel. (H-2)
Hasil temuan kolaborasi itu dibagikan kepada semua peserta studi, menggabungkan hasil WGS dengan laporan 360 DNA dari Asa Ren.
Dengan mengembangkan algoritma untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal kondisi metabolik
Ayah akan mewariskan materi genetiknya melalui sel sperma. Sedangkan ibu akan mewariskan materi genetik melalui sel ovum. Materi genetik dari ayah dan ibu bergabung melalui fertilisasi.
ADA sejumlah faktor risiko penyebab bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan. Contohnya, faktor genetik dan penggunaan obat-obatan.
Bagi masyarakat yang memiliki keturunan kanker payudara, disarankan untuk melakukan pemeriksaan gen.
Ilmuwan di Tiongkok berhasil membiakkan tikus dengan dua orang tua jantan yang dapat bertahan hidup hingga dewasa, berkat modifikasi genetik pada gen imprinting.
Studi internasional yang melibatkan ahli genetika dan arkeologi mengungkapkan dua pola migrasi utama yang membentuk asal usul bahasa di kawasan Mediterania.
Tes DNA memungkinkan seseorang mengetahui asal usul leluhur mereka dan potensi risiko kondisi genetik, serta menghubungkan dengan anggota keluarga yang belum dikenal.
August Weismann, seorang ahli biologi asal Jerman, dikenal sebagai salah satu tokoh penting yang mengubah cara kita memandang pewarisan sifat dan evolusi.
Melalui platform ELSA (E-Layanan Sains), BRIN menawarkan berbagai jenis layanan sekuensing, termasuk Whole Genome Sequencing (WGS), E-DNA atau Microbiome, Metagenomic, dan Metabarcoding.
Deteksi dini risiko kelainan pada janin seperti trisomi 21 (Down Syndrome), trisomi 18 (Edwards Syndrome), dan trisomi 13 (Patau Syndrome).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved